Home » » Pesan Moral Lewat Plastik Sampah

Pesan Moral Lewat Plastik Sampah

Pematung Dolorosa Sinaga
OLEH: AGUS SALAM
Seni patung telah menjadi pilihan Dolorosa Sinaga. Mematung bukanlah cita-citanya. Karena mematung harus melibatkan kerja keras, banyak masalah teknik yang harus dikuasai dan yang paling utama adalah bahwa seni patung tersebut menawarkan persoalan relasi dimensional pada manusia.
Wanita pematung yang lahir 31 Oktober 1953 di Sibolga, Sumatera Utara itu telah puluhan tahun menggeluti dunia seni patung. Sebagian besar dari 42 karya yang ia pamerkan di Galeri Nasional Jakarta hingga 1 November dihasilkan dari keahlian barunya mengeksplorasi medium baru berupa plastik.
Hasil karya Dolorosa Sinaga berupa patung medium berbahan plastik memang memiliki beberapa pesan khusus termasuk pesan moral. Dolorosa mengaku bosan bolak-balik mengolah tanah lempung dan lilin. Inspirasinya kini justru didapat dari lembaran-lembaran kantong plastik sampah (thrash bag) yang biasa ia gunakan sebagai sekadar alat bantu.
Plastik sebelumnya ia gunakan untuk membungkus karyanya agar tetap lembap. Dengan tanah lempung sebagai penyangga, Dolorosa lantas membentuk plastik itu sesuai dengan keinginan.
Dengan bantuan, antara lain, resin dan silicon rubber, dan berakhir dengan proses cor di bengkel kerjanya di Trowulan, Jawa Timur, Dolo lantas meniupkan ‘roh’ pada patung-patung dari fiberglass dan perunggu itu hingga tampak begitu hidup, persis seperti laku Gepetto ‘melahirkan’ Pinocchio dalam dongeng Disney yang termashyur itu.
Dan hasilnya adalah kesempurnaan. Berangkat dari plastik (yang tak jarang dicap produk massa, murahan, dan kini perusak lingkungan) patung-patung Dolorosa tampak elegan dan bernapas, suatu ekspertis (keahlian) seorang perupa yang matang dalam berproses. Nilainya Rp50-200 juta. Lihatlah yang sempurna itu dalam banyak wujud, antara lain Life is a Long Song (After Jethro Tull) (Bronze, 2008). Terinspirasi dari lagu tahun 1971 itu, kita seolah bisa melihat dua orang bertaut dalam balutan kain; bila yang satu bergerak, yang lain akan ikut terbelit.
Dalam proses pembuatannya, setiap patung berbicara kepada perupa yang melahirkannya. Begitu pula Dolo. Patung-patung karyanya Dolorosa seakan punya nyawa. ‘’Ketika saya bisa berbicara dengan mereka, saya puas. Kalau tidak, tentu sudah saya bakar lagi,’’ katanya.
Tema pembaharuan diusung Dolorosa dalam pameran kali ini. Artinya, semua hal pasti berubah atau dapat diperbaharui. Karya yang dipamerkan juga membawa kritik sosial. Salah satunya terinspirasi peristiwa Lumpur Lapindo.
KPO/EDISI 162/NOVEMBER 2008
Thanks for reading Pesan Moral Lewat Plastik Sampah

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar