Sebanyak enam dari 39 desa wisata di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kini tidak beraktivitas lagi sehingga tidak ada agenda acara yang disiapkan untuk menyambut kedatangan wisatawan.
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Kabupaten Sleman, Haryono di Yogyakarta, Jumat (15/5), mengatakan saat mendata desa wisata di Sleman pihaknya menemukan enam desa yang aktivitasnya tidak terlihat lagi, bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki kegiatan apa pun.
Desa wisata yang tidak beraktivitas dan cenderung "mati suri" itu antara lain desa wisata Sendari, Pajangan, Grogol, Candi Abang dan Ngamboh. Cukup disayangkan jika desa wisata tersebut tidak lagi beraktivitas terkait upaya promosi untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke desa itu," katanya.
Padahal, kata dia, desa-desa itu punya potensi pariwisata yang bisa dijual kepada wisatawan. “Saya berharap desa wisata tersebut dapat bangkit lagi dan bersama-sama pengelola serta warga setempat menghidupkan kembali kegiatan desa dan menawarkannya sebagai objek wisata alternatif," kata Haryono yang juga Ketua Pengelola Desa Wisata Ketingan Sleman.
Menurut dia, dalam mengembangkan desa wisata, peran masyarakat dan tokoh desa menjadi dominan, karena itu pengelola desa hendaknya melibatkan mereka.
Ia berharap para pengelola dan warga setempat bersedia menghidupkan kembali kegiatan di desa wisata itu, apalagi enam desa wisata tersebut memiliki potensi yang berbeda dengan desa wisata lain di Sleman.
Prospek desa wisata di Sleman cukup bagus dan jika dikembangkan dengan baik akan menjadi objek wisata alternatif di DIY. Selain itu, berkembangnya desa wisata berdampak pula pada peningkatan pendapatan warga setempat. "Warga bisa menyewakan rumahnya menjadi `home stay` atau membuka warung makan sehingga warga di sekitar desa wisata dapat meningkatkan kesejahteraannya," katanya dilansir ANTARA.
Ia mencontohkan, desa wisata Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman selama 2008 dikunjungi lebih dari seribu wisatawan termasuk wisatawan mancanegara (wisman)..
Soal promosi, kata dia, Forum Komunikasi Desa Wisata di Kabupaten Sleman telah menyebarkan `leaflet` ke pompa bensin, terminal bus dan tempat umum lainnya. Hasilnya, jumlah pengunjung di bebrapa desa wisata di Sleman mencapai lebih dari seribu orang khususnya pada hari libur akhir pekan atau libur lebaran. "Saya sering menerima telepon dari Jakarta. Sambutan mereka terhadap desa wisata di Sleman cukup bagus," katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Kabupaten Sleman, Haryono di Yogyakarta, Jumat (15/5), mengatakan saat mendata desa wisata di Sleman pihaknya menemukan enam desa yang aktivitasnya tidak terlihat lagi, bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki kegiatan apa pun.
Desa wisata yang tidak beraktivitas dan cenderung "mati suri" itu antara lain desa wisata Sendari, Pajangan, Grogol, Candi Abang dan Ngamboh. Cukup disayangkan jika desa wisata tersebut tidak lagi beraktivitas terkait upaya promosi untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke desa itu," katanya.
Padahal, kata dia, desa-desa itu punya potensi pariwisata yang bisa dijual kepada wisatawan. “Saya berharap desa wisata tersebut dapat bangkit lagi dan bersama-sama pengelola serta warga setempat menghidupkan kembali kegiatan desa dan menawarkannya sebagai objek wisata alternatif," kata Haryono yang juga Ketua Pengelola Desa Wisata Ketingan Sleman.
Menurut dia, dalam mengembangkan desa wisata, peran masyarakat dan tokoh desa menjadi dominan, karena itu pengelola desa hendaknya melibatkan mereka.
Ia berharap para pengelola dan warga setempat bersedia menghidupkan kembali kegiatan di desa wisata itu, apalagi enam desa wisata tersebut memiliki potensi yang berbeda dengan desa wisata lain di Sleman.
Prospek desa wisata di Sleman cukup bagus dan jika dikembangkan dengan baik akan menjadi objek wisata alternatif di DIY. Selain itu, berkembangnya desa wisata berdampak pula pada peningkatan pendapatan warga setempat. "Warga bisa menyewakan rumahnya menjadi `home stay` atau membuka warung makan sehingga warga di sekitar desa wisata dapat meningkatkan kesejahteraannya," katanya dilansir ANTARA.
Ia mencontohkan, desa wisata Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman selama 2008 dikunjungi lebih dari seribu wisatawan termasuk wisatawan mancanegara (wisman)..
Soal promosi, kata dia, Forum Komunikasi Desa Wisata di Kabupaten Sleman telah menyebarkan `leaflet` ke pompa bensin, terminal bus dan tempat umum lainnya. Hasilnya, jumlah pengunjung di bebrapa desa wisata di Sleman mencapai lebih dari seribu orang khususnya pada hari libur akhir pekan atau libur lebaran. "Saya sering menerima telepon dari Jakarta. Sambutan mereka terhadap desa wisata di Sleman cukup bagus," katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
0 komentar:
Posting Komentar