Home » » Dibiarkan, Justru Lebih Parah

Dibiarkan, Justru Lebih Parah

Kisah Sudaryanto, Penderita Glaukoma
Oleh: Heni Kurniawati

Jumat pagi, jam dinding ruang poliklinik mata RSUP Sanglah menunjukkan angka sebelas. Tampak seorang pria berkaca mata sedang memeriksa mata pasien. Sekilas, tidak ada yang salah dengan jendela dunia milik pria tersebut. Cara jalannya tegap. Siapa yang menyangka jika pria asal Sempidi, Badung ini sedang menderita penyakit glaukoma.
Itulah Sudaryanto. Berawal dari kecelakaan yang dialami pada tahun 2004 kian melemakan fisiknya. Akibat tabrakan itu, kedua Sudaryanto harus dipasang pen. Dari sanalah keluhan glaukoma mulai dirasakan seperti rasa nyeri pada bola mata. Untuk mengetahui sebabnya, Sudaryanto cek ke dokter mata. Dan dokter menyarankan agar matanya dioperasi. Tetapi, saran dokter tampaknya kurang digubris sampai berjalan setahun. Selama itu, daya pandang mata pria ini kian menyempit dan buram.
“Pada tahun 2004, saya kecelakaan motor yang akibatnya cukup parah saya alami. Kedua kaki saya harus dioperasi. Setelah sembuh sepertinya ada yang salah dengan mata. Saya merasa nyeri di mata dan bola mata seakan mau lepas. Waktu itu saya periksa ke RS Sanglah dan dokter menyuruh saya untuk operasi mata. Tetapi dokter spesialis sedang keluar kota sehingga tidak jadi operasi. Keadaan itu saya biarkan selama satu tahun, hasilnya memang semakin parah,” jelas Sudaryanto.
Sekitar tahun 2005, akhirnya bagian mata sebelah kanan Sudaryanto dioperasi. Untuk mata sebelah kiri dioperasi pada tahun 2007. Sialnya, operasi terakhir tergolong terlambat karena kerusakan pada bola mata sudah parah.
Sudaryanto mengaku jarang kontrol kondisi bola matanya. Hal tersebut membuat matanya kian tidak dapat melihat terutama kena sinar matahari atau lampu. Jarak pandang semakin rendah. Untuk mata kanan, ia mampu melihat dengan jarak maksimal 3 meter dan 1 meter untuk mata sebelah kiri. “Sudah dua kali mata saya di operasi, yang pertma tahun 2005 untuk mata kanan saya dan 2007 untuk yang sebelah kiri. Tetapi mungkin karena terlambat dan karena saya bandel ketika disuruh untuk periksa mata secara rutin tidak saya lalukan, mata saya belum membaik,” ungkapnya.
Dengan rajin kontrol setiap minggu dan minum obat dari dokter, pria berdarah Jawa-Bali ini merasa optimis matanya bisa sembuh. “Dengan pemeriksaan rutin, minum obat dari dokter dan berdoa, saya percaya akan lebih baik,” tuturnya.
Thanks for reading Dibiarkan, Justru Lebih Parah

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar