Home » » Bangkit Dari Keterpurukan

Bangkit Dari Keterpurukan

Ashram Gandhipuri
Oleh: Wayan Nita

Manusia adalah tempatnya khilaf, salah dan dosa. Begitulah orang bijak mengatakan. Kita sebagai manusia lebih tinggi derajatnya daripada makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Dengan anugerah akal, pikiran dan perasaan diharapkan manusia menjadi lebih baik. Dan bisa menemukan kesadaran untuk bangkit saat kita ‘jatuh’ dan ‘tersesat’. Kodrat manusia adalah makhluk sosial sehingga harus saling mengingatkan dan membantu.
Hal itulah yang mendasari berdirinya Ashram Gandhipuri di Jl. Gandapura No. 22 Denpasar. Dengan merangkul remaja usia SMA dan mahasiswa, mereka mengasah akhlak dan bersama-sama belajar Weda. Menurut Agus Indra Udayana, salah satu pendiri dan pengasuh di Ashram Gandhipuri, remaja perlu bimbingan dan pengawasan. Di Ashram Gandhipuri tidak mengajarkan akhlak pada orang lain. Karena, lanjut Indra, setiap manusia mempunyai kecenderungan khilaf yang besar. Sehingga wajib bagi sesama untuk saling mengingatkan dan bersama-sama memperbaiki diri.
Dalam konsep yang dikenalkan, bahwa agama Hindu mempunyai “Rwa-Bineda” yang saling berdampingan. Yaitu adanya kesadaran di dunia ini ada dua ruang antara baik dan buruk. Proses kesadaran itulah yang ditegaskan di Ashram Gandhipuri. Selain itu, konsep memperbaiki hidup juga dibimbing di sini. Bahwa dengan kesadaran setiap orang yang masuk ke Ashram Gandhipuri adalah anak ‘bandel’. Untuk itu mereka harus belajar untuk bisa memperbaiki hidup. Agar bisa bangun dari keterpurukan dan bangkit untuk mengejar cita-cita yang sempat tertunda.
Di Ashram Gandhipuri juga menanamkan rasa kebersamaan dan tidak boleh saling menjatuhkan. Karena, lanjut Indra, akhlak ada dalam diri setiap individu meskipun kita punya kekurangan dan kelebihan. Tapi dalam perjalanan dan proses hidup kita perlu menghilangkan sifat buruk. Dan kita wajib membangkitkan kebaikan kita untuk bisa membantu sesama. Itu bisa didapatkan di Ashram Gandhipuri, dengan memberikan contoh bukan dengan aturan-aturan mengikat. Setiap anak yang masuk Ashram, tegas Indra, juga belajar pendidikan formal di sekolah. “Dan mereka boleh berada di Ashram selama apapun yang mereka mau. Jika sudah merasa mantap dan bisa melanjutkan hidup di masyarakat, mereka bisa keluar,” ungkap Indra.
Setiap pendidikan yang diajarkan baik di ruang formal atau informal tentu berpedoman pada akhlak. Hanya saja, menurut Indra, nama dan sebutannya saja yang berbeda. Sekarang di setiap sekolah diajarkan budi pekerti, dan itu artinya sama dengan pengajaran akhlak. Anak saat dalam kandungan juga telah diajarkan akhlak yang baik oleh orangtuanya. Meskipun tidak tertulis dalam literatur tapi sudah terpatri dalam diri masing-masing. “Anak-anak sekarang, baik anak kecil maupun remaja hanya butuh bukti dan contoh yang benar. Baik dari orangtua maupun lingkungan sekitar,” pungkas Indra.
Thanks for reading Bangkit Dari Keterpurukan

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar