Home » » Jakarta Tong Sampah Telur

Jakarta Tong Sampah Telur

Kiprah Ricky Bangsaratoe
OLEH: BENY ULEANDER

Bersyukur dalam situasi apapun. Itulah filosofi yang menjadi pedoman hidup Ricky Bangsaratoe SH, peternak layer (ayam petelur) asal Tangerang, Jabar. Di tengah tata niaga telur yang gonjang-ganjing, suami Estherina ini tetap berkomitmen membesarkan peternakan Eden Farm seluas 5 hektar yang terletak di daerah Ciputat, Jabar. Pria kelahiran Jakarta 10 Mei 1960 itu sudah menjadi generasi ke-3 dari era pendiri Kakek Cek Momo. “Saya bukan anak kandung dari keluarga Cek Momo, tapi saya nikah dengan cucunya. Kebetulan bakat dan pembawaan saya dibilang sama persis dengan Cek Momo,” ujar ayah dua anak itu.
Kini pria yang pernah malang-melintang di Indomobil dan bisnis properti itu telah mempekerjakan 60-an karyawan. Di tangan Ricky produksi telur Eden Farm terus meningkat. Per hari bisa mencapai 8.500 butir. Padahal latar belakang pendidikannya adalah lulusan fakultas hukum UKI tahun 1987. Akhir 1995, ia pun belajar secara otodidak masalah peternakan ayam. Bahkan rumahnya pun berada dekat dengan lokasi peternakan. “Saya mulai belajar adaptasi. Soalnya saya tidak suka hewan, tapi saya penyuka tanaman. Setiap hari saya belajar pada technical service dan dokter hewan di lokasi peternakan. Kalau ada virus AI (avian influenza) saya orang pertama yang kena,” ujarnya setengah bercanda.
Untuk jalur pemasaran, papar Ricky, pihaknya menjalin kerja sama dengan agen-agen besar melayani kebutuhan konsumen di daerah Jabodetabek. Tentu saja patokan harga masih bergantung pada mekanisme pasar. Wilayah Jabodetabek juga menerima pasokan telur dari Blitar, Jateng dan Sumatera (Palembang dan Lampung) yang membuat harga telur fluktuatif. Hal inilah yang membuat Jakarta menjadi tong sampah produksi telur. Ricky berharap pemerintah bisa membuat regulasi pasar demi kelanjutan usaha peternakan ayam. “Kami hanya fokus pada masalah peternakan layer saja. Kalau untuk pemasaran kami bekerja sama dengan enam agen utama. Merekalah yang mendistribusikan telur ke agen-agen kecil,” ungkapnya.
Tantangan terbesar yang pernah dialami Ricky Bangsaratoe saat wabah flu burung melanda beberapa daerah di Indonesia tahun 2002-2003 lalu. Sebagian besar masyarakat memilih tidak mengonsumsi daging dan telur ayam. “Ya saat itu produksi ayam sempat anjlok dan harga telur turun. Tapi syukurlah sekarang sudah kembali pulih,” ujarnya.
Karena itulah Ricky yang menjabat Ketua Bidang Usaha Layer Nasional berencana menggelar roadshow di beberapa daerah. Isinya adalah kampanye peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi ayam dan telur. “Sebab saya melihat angka konsumsi ayam dan telur masih rendah di kalangan masyarakat. Kami saat roadshow akan membagi-bagikan telur ayam,” ujarnya.
Saat ini harga bibit DOC layer (anak ayam) Rp 7 ribu per ekor. Pihaknya sekali mengorder DOC layer bisa mencapai 10 ribu ekor. Masa rawan pemeliharaan saat anak ayam petelur berusia 1 hari – 13 minggu. Setelah itu dipindahkan ke kandang komersil (13-18 minggu). Setelah 18 minggu, ada yang sudah bisa memproduksi telur. Dari 10 ribu ekor layer, rata-rata ada yang mulai bertelur 20 butir, tergantung kematangan, makanan, vitamin dan vaksin. “Tidak semua ayam dari fase awal jadi ayam petelur. Ada yang mati karena penyakit dan ada yang diseleksi tidak produktif, bisa mencapai tiga persen yang gagal,” jelas Ricky yang juga pengurus Pinsar Unggas Nasional.
Thanks for reading Jakarta Tong Sampah Telur

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar