Home » » Bokashi Kotaku; Sampah Kota Yang Tembus Jawa Dan Tahiti

Bokashi Kotaku; Sampah Kota Yang Tembus Jawa Dan Tahiti

Oleh: Kadek Suiartana
Pupuk Bokashi Kotaku diciptakan Dr Ir I GN Wididana, M.Agr pada tahun 2000. Merek Bokashi Kotaku merujuk pada proses dan bahan baku yang digunakan. Bokashi berasal dari bahasa Jepang, yang berarti bahan organik yang difermentasi. Kotaku terkait bahan baku yang berasal dari sampah kota.
Sejak diproduksi, Bokashi Kotaku disambut kurang antusias oleh pasar bahkan terkesan meremehkan. Kunjungan pejabat tinggi seperti gubernur Bali dan anggota dewan ke TPA Suwung, --tempat pertama produksi, belum mampu merubah sikap pasar. Maklum, saat itu petani sebagai target pasar sedang kecanduan pupuk kimia.
Sulit menembus pasar eksternal, jurus pemasaran tradisional dimainkan, dengan membujuk kalangan internal. Artinya, Bokashi Kotaku ditawarkan kepada orang-orang yang sudah dikenal seperti saudara, sepupu, ipar, mertua, menantu, teman, sahabat, handai taulan dan tetangga. Dari pasar eksternal jumlahnya sedikit terutama yang memiliki pemikiran lebih maju. Bertambah tua usia pertanian konvensional, berbagai masalah juga muncul seperti degradasi kesuburan, produktivitas lahan dan eksplosivitas serangan hama penyakit yang berujung pada merosotnya produksi.
Semua masalah itu ternyata jadi obat yang mampu mengembalikan kesadaran petani. Ahli pertanian merekomendasikan, gunakan pupuk organik dan kurangi bahan-bahan kimia. Rekomendasi ini tidak serta merta diterima, petani perlu bukti. Bokashi Kotaku sebagai pupuk organik belum bisa bicara banyak karena harus lewati uji coba dengan menggerakkan tim relawan.
Akhirnya bukti itu datang, Bokashi Kotaku mampu membuat lahan menjadi gembur, kotoran cacing sebagai salah satu indikasi tanah subur bermunculan daun jadi lebih tebal dan lebih hijau serta poduksi tanaman menunjukan peningkatan. Berita tentang kualitas pupuk ini secara lisan cepat tersiar. Hanya di dua kabupaten, Buleleng dan Tabanan, tidak kurang 1400 ton Bokashi Kotaku tersebar di kebun-kebun petani pada tahun 2002. Setiap kabupaten dikenal sebagai sentra penghasil cengkeh, kopi dan kakao. Angka distribusi yang fantastis untuk level pupuk organik skala industri. Pada tahun yang sama Dinas Perkebunan Bali menggunakan 425 ton untuk program Rehabilitasi dan Intensifikasi Cengkeh di seluruh Bali.
Memasuki tahun ketiga, jangkauan pasar pupuk organik Bokashi Kotaku telah meluas ke seluruh Bali terutama, Kabupaten Jemberana, Bangli, dan Karangasem. Ketiga kabupaten tersebut berturut-turut dikenal sebagai penghasil cengkeh, jeruk, dan jambu mete. Bokashi Kotaku juga mulai digunakan oleh petani sayur-sayuran di kawasan Bedugul dan sekitarnya. Kualitas bagus, harga terjangkau, dan promosi yang gencar menyebabkan pupuk Bokashi Kotaku sangat diminati petani. Layanan transportasi gratis juga mengakselerasi penetrasi pasar. Lima sarana transportasi berkapasitas 1-6 ton jelajahi kondisi geografis pulau Bali yang berbukit. Layanan ini juga menjadi jaminan bagi petani untuk bisa memupuk sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Masih pada tahun yang sama pupuk yang diproses dengan Teknologi EM ini digunakan instansi pemerintah. Misalnya, Dinas Perkebunan Propinsi Bali mempercayakan pupuk Bokashi Kotaku untuk program Rehabilitasi dan Intensifikasi Cengkeh. Pada tahun-tahun berikutnya atas permintaan para petani, pupuk Bokashi Kotaku juga digunakan oleh Dinas Perkebunan Tabanan untuk program Intensifikasi Kakao, Dinas Perkebunan Bangli untuk program Ekstensifikasi Kopi Arabika. Sedangkan petani jambu mete di Karangasem memohon untuk diberikan bantuan pupuk Bokashi Kotaku kepada Dinas Perkebunan setempat.
Saat kebutuhan pelanggan terpenuhi dan kepercayaan masyarakat tani mulai tumbuh, awal tahun 2005 tempat produksi Bokashi Kotaku tergusur dari TPA Suwung. Dampaknya, biaya produksi membengkak karena komponen bahan baku harus dibeli yang semula berlimpah di TPA Suwung. Dr Ir I GN Wididana, M.Agr alias Pak Oles tidak lantas menyerah. Semangatnya justru meningkat sehingga produk yang diramu dari limbah ini tetap eksis di pasar. Saat itu, meski biaya produksi membengkak, harga pupuk Bokashi Kotaku tidak dinaikkan.
Bali yang dikenal sebagai destinasi wisatawan mancanegara juga memberikan kontribusi bagi terserapnya Bokashi Kotaku di sektor pariwisata. Hotel, restaurant, villa, dan bungalow merupakan pasar potensial pupuk Bokashi Kotaku. Sekarang banyak hotel, villa, dan bungalow yang ada di Denpasar, Badung dan Gianyar telah menggunakan Bokashi Kotaku. Kualitas yang baik, praktis dalam aplikasi, dan terpenuhinya unsur estetika menjadi pertimbangan pupuk ini bisa masuk ke sudut-sudut taman dan ruangan hotel, villa, bungalow, ataupun restauran.
Bokashi Kotaku kini juga populer di kalangan, hobiis, dan ibu-ibu rumah tangga. Kelompok khusus ini menggunakan Bokashi Kotaku untuk menjaga kesuburan tanaman mereka yang berharga mahal. Mereka tidak mau menanggung resiko dengan menggunakan pupuk yang tidak jelas asal usulnya. Bokashi Kotaku mampu memberikan kepuasan kepada kelompok elit ini karena dapat meningkatkan kesuburan tanaman, merangsang pembungaan, dan daun memancarkan warna cerah alami.
Kelompok ekspatriat juga menaruh minat besar kepada pupuk yang dibuat dengan memanfaatkan aneka jenis limbah ini. Melalui seleksis yang super ketat, Bokashi Kotaku bisa masuk ke Kedutaan Besar Australia. Sebanyak 30 ton digunakan sebagai pupuk dasar pada pembuatan taman di kedutaan yang berlokasi di kawasan elit Renon, Denpasar. Digemari golongan elit, Bokashi Kotaku lahir menjadi pupuk yang eksklusif.
Bagi segmen pasar khusus ini mendapatkan Bokashi Kotaku sangat mudah karena jaringan pemasarannya sangat luas. Selain tersedia di setiap konter Pak Oles, juga bisa didapat di stand-stand bunga, pedagang pot, mini market dan super market.
Untuk kelompok hotel, restaurant, villa, bungalow, hobiis dan ibu rumah tangga itu Bokashi Kotaku terjual 30-40 ton per bulan. Pasar ini mendongkrak omset penjualan pupuk di luar musim pemupukan di sektor perkebunan dan pertanian. Sejalan perkembangan informasi ternyata permintaan banyak yang datang dari luar Bali.
Pada tahun 2006 lalu Bokashi Kotaku diproduksi di Jember, Jawa Timur. Pemilihan ini dengan pertimbangan Kabupaten Jember berada di tengah-tengah kabupaten lain seperti Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Situbondo. Pasar internasional bukan hal mustahil bisa ditembus Bokashi Kotaku. Jalan menuju go international sudah dibuka Gerard Bluer, pengusaha agribisnis berkebangsaan Tahiti. Bluer telah mengapalkan 100 zak pupuk ini ke negaranya. Selang tiga bulan, Bluer kembali mengirim 40 zak.
Koran Pak Oles/Edisi 168/1-15 Februari 2009
Thanks for reading Bokashi Kotaku; Sampah Kota Yang Tembus Jawa Dan Tahiti

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar