Home » » Petani Ngawi Pakai Pupuk Organik

Petani Ngawi Pakai Pupuk Organik

Sejumlah petani yang tergabung dalam kelompok tani "Tani Rahayu" Desa Tirak, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, kini mulai menggunakan pupuk kompos organik sebagai pengganti pupuk kimia. Wakil Ketua Kelompok "Tani Rahayu", Jayadi, mengatakan, beralihnya penggunaan pupuk kimia ke pupuk kompos organik dilakukan setelah pupuk kimia terutama jenis urea langka di pasaran beberapa bulan terakhir.
"Awal penggunaan pupuk organik ini, karena sulitnya ditemukan pupuk urea dan ZA. Lalu kami mencoba membuat formula yang lain untuk memupuk tanaman kami. Ternyata hasilnya cukup memuaskan," katanya saat dikonfirmasi Antara, Senin (5/1).
Menurut dia, pupuk kompos organik yang digunakan saat ini terbuat dari bahan yang mudah didapat. Pupuk kompos dibuat dengan bahan dasar bonggol pisang (bagian bawah pohon pisang), gula merah, air cucian beras (air leri), dan kotoran ternak.
Kotoran ternak yang digunakan adalah kotoran hewan dan kambing. Semua jenis kotoran tersebut mudah diperoleh dan jumlahnya cukup melimpah terutama di wilayah Kabupaten Ngawi.
"Pupuk kompos organik ini telah kami gunakan pada musim tanam saat ini. Dengan menggunakan pupuk kompos bisa mengurangi ketergantungan menggunakan pupuk kimia hingga 30 persen," katanya menambahkan.
Ia menjelaskan, proses pembuatan pupuk kompos cukup sederhana yaitu bahan-bahan yang telah disiapkan diantaranya bonggol pisang yang telah dihaluskan, gula merah, dan air leri direbus hingga mendidih. Setelah didinginkan dan disaring, larutan pengurai yang berhasil dibuat ini disuling dan disimpan selama dua minggu.
"Larutan pengurai ini oleh para petani disebut larutan "mikro organisme lokal" (MOL). Setelah disimpan proses fermentasi selama dua pekan, larutan MOL ini sudah bisa digunakan atapun dicampur dengan kompos kotoran ternak," katanya menerangkan.
Setelah MOL dicampur dengan kotoran ternak, selanjutnya disimpan selama dua pekan. Untuk mencampur satu ton kompos kotoran ternak, dibutuhkan larutan MOL sebanyak satu liter dan air satu liter.
"Biasanya, untuk satu hektar area persawahan, dibutuhkan tiga ton pupuk kompos organik ini. Dengan menggunakan pupuk organik padi bisa tumbuh cepat dan sehat dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia," katanya menegaskan.
Ia menambahkan, dengan menggunakan pupuk organik pihaknya berharap petani tidak akan kekurangan pupuk lagi meski keberadaan pupuk kimis terutama jenis urea dan ZA langka di pasaran.
Koran Pak Oles/Edisi 167/16-31 Januari 2009
Thanks for reading Petani Ngawi Pakai Pupuk Organik

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar