Home » » Investasi Pertanian Masih Terbuka

Investasi Pertanian Masih Terbuka

Bisnis dan investasi di bidang pertanian masih sangat terbuka untuk dikembangkan di Bali, meski ketersediaan lahan semakin terbatas. Selain bidang pertanian, bidang pariwisata dan produk kerajinan dengan orientasi ekspor juga masih memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan. Demikian salah satu kesimpulan seminar dalam rangkaian penganugerahan Ketut Nadha Award 2008 oleh Grup Bali Post, di Denpasar, Senin (5/1).
Hadir dalam seminar itu Pemimpin Bank Indonesia Denpasar, Wiraguna Bagus Oka, Direktur Utama Bank Sinar, Ida Bagus Kade Perdana, tokoh pariwisata Bali, Gde Wiratha, Prof drs IB Adnyana Manuaba cendekiawan kampus dari Universitas Udayana dan sejumlah besar hadirin dari berbagai kalangan. Menurut Wiraguna Bagus Oka, "Pertanian dalam arti luas untuk produk tanaman pangan semisal asparagus dan sayuran organik serta tanaman obat-obatan, sangat diminati pasar Bali serta ekspor."
Namun demikian, ia menyebutkan masih ditemukan kelemahan di tingkat penataan, baik di tataran pemasaran, produksi, distribusi, maupun pendanaan.
Tanaman pangan bernilai tinggi seperti itu, katanya, bisa memberikan nilai tambah dan efek pengganda secara sangat berarti terhadap perekonomian Bali. "Sebanyak 58,4 persen keperluan pangan kita didatangkan dari luar Bali. Kalau ini bisa dipenuhi dari dalam Bali, berapa penghematan sekaligus keuntungan ekonomi dan non ekonomi yang bisa dipetik masyarakat Bali," katanya.
Masalah berikut yang juga menghinggapi masyarakat bisnis Bali adalah ketidaksabaran memungut hasil kerja kerasnya.
Dia mencontohkan, petani strawberry di Desa Candikuning, Tabanan, lebih tertarik untuk menjual bibit kepada sejawatnya di Pulau Jawa, karena hasil keuntungannya bisa lebih cepat dinikmati.
Gde Wiratha juga mengamini hal itu. Pengusaha muda itu berpanduan bahwa bisnis di sektor pertanian bisa menunjang dunia pariwisata dengan kombinasi ekspor barang-barang kerajinan. "Masalah di Bali belakangan ini juga sangat khas, yaitu limpahan tenaga kerja. Sekarang umum terjadi berbagai `proposal` masuk ke pebisnis pariwisata yang terkadang kegiatannya tidak terkait dengan dunia pariwisata," katanya.
Sementara itu, Prof drs Adnyana Manuaba sejak 1986 bersama timnya telah mengidentifikasi enam masalah utama di Bali. Keenam bidang masalah itu, adalah persaingan ketat semua bidang usaha di Pulau Bali yang sempit, perusakan lingkungan fisik dan non fisik yang semakin parah, dan ketidakmerataan perolehan rejeki pendapatan daerah.
Selain itu, Prof Manuaba menyatakan, dislokasi budaya dan kekayaannya yang semakin parah juga menyumbang kemerosotan mutu kehidupan masyarakat Bali. Apalagi ada satu kenyataan, masalah keenam, yang harus kita akui bersama, bahwa orang Bali ini bodoh dalam manajemen, hampir tidak pernah ada peraturan yang bersifat komprehensif dan holistik, diperparah lagi dengan kelemahan penegakan aturan," katanya dikutip Antara.
Koran Pak Oles/Edisi 167/16-31 Januari 2009
Thanks for reading Investasi Pertanian Masih Terbuka

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar