Home » » Melodrama Seorang Guru

Melodrama Seorang Guru

Selama ini, perbincangan seputar guru seolah tidak pernah ada basinya. Alhasil, yang mengemuka adalah tentang kehidupan guru yang masih memprihatinkan dan miris.
Potret dari guru di tanah air Indonesia kiranya belumlah secemerlang di negara asing. Sebagai contoh di negara Jiran Malaysia dan Brunei, keberadaan guru sebegitu besar dihargai oleh negaranya. Ada saja penghargaan dan penghormatan khusus yang diperuntukkan buat guru selaku abdi negara.
Tidak mencengangkan kalau orang berminat untuk menjadi guru di negeri tetangga tersebut. Guru menjadi profesi idaman. Sedangkan keberadaan guru di Indonesia hingga saat ini masih belum menjanjikan, potret buram selalu dihadapi oleh mereka yang ingin memilih profesi sebagai guru atau tenaga pendidik di sekolah.
Sejauh ini, masih ada guru pendidik sekolah dasar (TK/SD), termasuk sekolah menengah masih bergelut dalam suatu proses perjuangan hidupnya. Yakni perjuangan untuk menjadi teladan sesungguhnya agar tidak sampai diolok-olok oleh muridnya karena strata sosialnya tergolong miskin.
Memberi Kesejahteraan
Untuk mengatasi persoalan guru yang semakin kompleks, pemberian apresiasi berupa tunjangan semisal gaji tambahan, belumlah dapat dikatakan solusi global dalam mempercepat kesejahteraan guru. Akar permasalahannya dikarenakan belum adanya program untuk mensejahterakan guru yang efektif.
Kendati, tidak mudah untuk mencetak pahlawan di bidang pendidikan itu. Guru sesungguhnya, yang dipandang sebagai instruktur yang membina anak didiknya hingga berprestasi itu sudah selayaknya mendapat apreseasi langsung oleh negara. Misal, untuk urusan uji kompetensi, guru dimaksud seyogyanya langsung lolos uji sekaligus berhak atas kelipatan gajinya.
Adanya, program bagi guru untuk mendapatkan kompetensi dan layak untuk lulus uji kompetensi hendaknya tidak sekadar diukur dari berkas porto-folio. Melainkan juga harus disertai, dengan bukti keterlibatannya dalam mengangkat prestasi anak didiknya. Mengingat penyaluran anggaran untuk mensejahterakan para guru melalui pos anggaran kesejahteraan guru itu mesti tepat sasaran.
Konsekuensinya, perlu memotivasi guru supaya makin giat mencetak prestasi anak didiknya. Hal yang sama, seyogyanya diikuti pula oleh para dosen yang dituntut sanggup mencetak prestasi mahasiswanya. Dosen juga diharapkan mampu mengusung perguruan tinggi di negeri ini agar membuat prestasi seperti halnya dilakukan para guru tingkat, SD, SMP dan SMA.
Kesejahteran guru dan dosen, memang mutlak menjadi milik mereka para pahlawan tanda jasa. Hanya saja arah kebijakan yang taktis dan strategis negara juga semestinya tandas dan tegas. Hak dapat diberikan kepada mereka, apabila memang pantas untuk mendapatkan dengan prestasi yang terukur dan terarah berstandar kinerja dan prestasi.
Pemimpin yang terpilih di 2009 diharapkan mampu membawa kebijakan-kebijakan yang memihak kepada nasib guru. Sehingga guru tidak lagi menjadi melodrama dan selalu terpinggirkan.
(Komentar: Hamam Burhanuddin, guru SMA Darul Ulum Bringin Semarang, hamamburhanudin@gmail.com)
Koran Pak Oles/Edisi 168/1-15 Februari 2009
Thanks for reading Melodrama Seorang Guru

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar