Home » » Menakar Untung Nelayan Bali

Menakar Untung Nelayan Bali

Oleh: I Ketut Sutika
Bali sudah cukup lama identik dengan gemerincing dolar wisatawan saat liburan sambil menikmati panorama alam dan keunikan seni budayanya. Kesan ini, tidak sepenuhnya sesuai kenyataan di tengah kehidupan masyarakat. Kantong-kantong kemiskinan masih ada di sejumlah banjar dan desa di 8 kabupaten dan kota Denpasar.
Kantong-kantong kemiskinan itu termasuk di daerah pesisir, meski kawasan pantai di Bali sebagian besar telah berkembang sebagai kawasan wisata dengan sarana dan prasarana pendukung dalam jumlah memadai. Puluhan hotel dan restoran yang berjejer di sepanjang garis pantai ditopang dengan ragam atraksi wisata yang sanggup menjadi daya tarik pelancong untuk mengunjungi Bali berulang kali tanpa merasa jenuh itu ternyata masih menyisakan nokta buram, terutama keluarga miskin yang tidak berdaya secara ekonomis.
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menyebut, hingga kini Bali masih memiliki 147.044 rumah tangga miskin, 3.850 kepala keluarga (KK) di antaranya kalangan nelayan yang bermukim di pesisir pantai. Upaya yang digelontor Mangku Pastika justru merangkul seluruh badan, dinas dan jajaran untuk menuntaskan masalah kemiskinan selama lima tahun masa kerja, plus meningkatkan pendapatan masyarakat dua kali lipat dari sekarang.
Pendapatan perkapita masyarakat Bali yang rata-rata Rp 11,18 juta diharapkan lebih ditingkatkan jadi Rp 22,5 juta pada tahun 2013. Salah satu terobosan yang dilakukan, dengan mengucurkan dana penguatan modal bagi usaha kecil menengah (UKM), membantu kegiatan usaha skala rumah tangga dan koperasi sebesar Rp 8,5 miliar. Dana dari APBD Bali disimpan di Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan disalurkan lima kali lipat kepada mereka yang membutuhkan bantuan modal.
Penyaluran kredit berbunga ringan, 6% setahun tanpa anggunan dibatasi Rp 5 juta per orang, cukup sebagai modal untuk mengembangkan usaha skala rumah tangga, baik peternakan, perikanan maupun industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang berkembang pesat di pelosok-plosok pedesaan Pulau Dewata.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bali, Ir Gusti Putu Nuriartha menjelaskan, dari kucuran dana Rp 8,5 miliar untuk penguatan modal usaha, sektor perikanan dan kelautan kebagian Rp 2 miliar. Sisanya mendukung pengembangan bidang peternakan, koperasi maupun usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Penguatan modal tersebut sudah direalisasi kepada 49 kelompok nelayan, pembudidaya dan pengolahan ikan, masing-masing Rp 50 juta. Dana tersebut dikelola kelompok untuk membantu permodalan bagi anggota. Sesuai pengamatan Antara di lapangan, sasaran peningkatan pendapatan dua kali lipat pada 2013 telah tercapai, berkat upaya memberikan bantuan mesin tempel, jaring, alat tangkap dan pembinaan.
Kelompok nelayan Merta Asih Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali misalnya, diberi bantuan 52 unit perahu motor tempel yang sebelumnya 5-9 PK. Dengan bantuan tersebut pendapatan nelayan meningkat 178,5% dari rata-rata Rp 2,1 juta menjadi Rp 5,8 juta per orang sebulan. Dalam setahun rata-rata meningkat Rp 25,2 juta menjadi Rp 70,2 juta dari sasaran yang ingin dicapai Rp 22,5 juta per kapita per tahun.
Nelayan saat menggunakan perahu motor tempel 5-9 PK hasil tangkapan sekitar 100 ekor, dengan harga rata-rata Rp 1.200/ekor, sehingga penghasilan Rp 120.000, dikurangi bahan bakar minyak (BBM) Rp 50.000. Pendapatan bersih jadi Rp 70.000 per hari atau Rp 2,1 juta sebulan, atau sama dengan Rp 25,2 juta setahun.
Setelah diberi bantuan perahu motor tempel 15 PK, aktivitas nelayan menangkap ikan jadi semakin jauh ke tengah laut. Hasil tangkapan juga lebih banyak, rata-rata 225 ekor Rp 270.000, dikurangi biaya BBM Rp 75.000 sehingga penghasilan bersih Rp 195.000 per orang sehari atau Rp 5.850.000 sebulan (Rp 70,2 juta setahun).
Untuk budidaya rumput laut yang ditekuni sebagian besar masyarakat pesisir di Kecamatan Nusa Penida, --pulau yang terpisah dengan daratan Bali yang secara administratif masuk Kabupaten Klungkung, melalui program pembinaan, pemberian subsidi benih dan alat produksi mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sebelum adanya program pemberian subsidi benih masyarakat hanya mengembangkan rumput laut rata-rata tiga are (300 m) per orang setiap panen selama 45 hari, pendapatan Rp 1.350.000 atau setiap are Rp 450.000. Setelah mendapat bantuan setiap nelayan mengembangkan lima are (500 m) untuk memperoleh Rp 2.250.000 setiap panen selama 45 hari, meningkat Rp 900.000 (66,6%). Untuk budidaya ikan lele di Desa Pering, Kabupaten Gianyar mempunyai prospek sangat cerah, karena seseorang yang memelihara lele di atas kolam seluas satu are (100 m) dalam 45 hari masa panen hasil penjualan Rp 11 juta, dikurangi biaya produksi Rp 7 juta dan untung bersih Rp 4 juta.
Koran Pak Oles/Edisi 168/1-15 Februari 2009
Thanks for reading Menakar Untung Nelayan Bali

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar