Home » » Geliat Seniman Populerkan Seni Tradisional

Geliat Seniman Populerkan Seni Tradisional

Oleh: Ria Desy Saputra
Sejumlah seniman Indonesia yang menaruh keprihatinan terhadap nasib seni tradisional yang mulai ditinggalkan kini berupaya mengajak generasi muda untuk tetap melestarikannya dengan memberikan sentuhan modern agar dapat diterima dan dilestarikan.
"Saya ingin menyampaikan filosofi Jawa tanpa keruwetan, bagaimana agar mereka juga menyukai wayang yang sarat nilai-nilai positif itu," kata seorang seniwati tari senior Indonesia, Elly Luthan.
Elly mengungkapkan hal itu ketika bercerita tentang keterlibatannya dengan Teater KOMA sebagai Penata Gerak dalam produksi terbaru berjudul "Republik Petruk" yang berlangsung di Jakarta, 9-25 Januari.
Elly mengungkapkan dalam usianya yang telah lebih setengah abad, ia selalu memimpikan kesenian tradisi Indonesia bisa dicintai generasi muda dan dapat diambil sisi positifnya. Oleh karena itu dalam sejumlah karyanya, Elly berupaya membawa tarian tradisional namun mengkreasikannya dengan sisi modern. "Harapan saya, filosofi yang dikandung dalam suatu kesenian itu tidak hilang walaupun harus dilakukan banyak perubahan di dalamnya untuk tujuan estetika," katanya.
Seperti halnya dalam lakon "Republik Petruk", Elly mengemas penampilan para tokoh-tokoh pewayangan dengan koreografi tari yang lebih menarik dan kostum yang unik. "Harapan saya lewat `Republik Petruk` bisa menembus ke generasi masa kini, saya memimpikan bagaimana wayang dengan pakemnya itu akhirnya bisa disukai dan dipahami oleh anak-anak muda," katanya.
Dalam pertunjukan itu, tokoh-tokoh dalam pewayangan keluar masuk panggung tidak seperti halnya cerita dalam sendratari yang biasanya dengan tarian luwes dan gerakan perlahan.
Mustakaweni, yang diperankan aktris Cornelia Agatha, tampak memasuki panggung dengan dandanan rocker, gerakan yang menghentak dan berjingkrak, jauh dari kesan yang lembut. Demikian pula kisah Pandawa Lima yang semuanya mengenakan kostum pewayangan dipadu gaya Harajuku, serta tata gerak mereka yang bebas bergerak di atas panggung tanpa mengikuti pakem.
"Ide untuk membawa tokoh pewayangan seperti Petruk ke dalam pementasan teater adalah ide yang bagus dan luar biasa. Saya sangat terinspirasi untuk dapat menyampaikan filosofi-filosofi dalam wayang yang sangat luhur pada generasi muda dengan cara-cara baru yang dapat diterima," katanya.
Sementara itu Nano Riantiarno, sutradara dan penulis naskah "Republik Petruk" mengungkapkan ada banyak pesan positif yang ingin disampaikannya pada masyarakat dan pemerintah lewat pertunjukan itu.
"Sehingga agar pesan itu tersampaikan dengan efektif, kami harus menggunakan cara yang kreatif, termasuk menafsirkan kembali kisah pewayangan menjadi lebih bisa diterima oleh generasi masa kini," katanya.
Kreatif, Inovatif
Seniwati senior Indonesia Titiek Puspa juga memiliki cara yang tersendiri agar seni tradisional lebih populer dan dimintai generasi muda. Bersama Sanggar Tari Sangrina Bunda, ia mengkreasikan tari-tarian dari berbagai daerah dengan konsep yang lebih modern.
"Supaya anak-anak muda mau nonton, kita memang harus melakukan perubahan terhadap kemasan acaranya, biasanya kalau tarian bisa dari kostumnya yang didesain lebih bagus dengan mengajak desainer muda, atau juga koreografinya yang ditambah improvisasi lagi supaya lebih menarik," ujar Titiek yang sudah delapan tahun mendukung Sanggar Sangrina Bunda berpentas di berbagai negara di dunia.
Koreografer tari, Tom Ibnur mengatakan kreasi baru atau modifikasi dalam tari-tarian daerah penting dilakukan sebagai salah satu bentuk pendekatan terhadap generasi muda agar seni tradisi itu tetap disukai dan dilestarikan. "Yang terpeting pakemnya tidak dihilangkan kreasi baru itu tidak apa dilakukan," katanya.
Tom menambahkan komposisi kreasi baru atau modifikasi dalam tarian biasanya dilakukan secara seimbang masing-masing 50 persen. Unsur klasik itu biasanya soal interpretasi ulang atas pakem tarian yang sudah ada dan mendesain ulang kostum penari dan tata panggung. "Kalau semuanya klasik kan penonton juga tidak semuanya bisa menyukai, apalagi kalau tarian Jawa biasanya sangat lama dan lembut sekali gerakannya sehingga tidak sabar menunggu," katanya.
Titiek Puspa menambahkan, kerja keras para seniman berkreasi untuk mempopulerkan seni tradisional pada generasi saat ini, yang tak kalah penting adalah mengajak semua pihak untuk mencintai kesenian Indonesia itu sendiri.
Pemerintah pusat, pemerintah daerah, para pelaku seni, penonton seni pertunjukan, dan juga masyarakat pada umumnya juga harus menyukai seni budaya negerinya sendiri dan memberikan perhatian yang lebih untuk kelangsungan kelestariannya.
"Kesenian adalah salah satu pintu gerbang diplomasi kita dengan bangsa lain di dunia, hampir semua negara yang pernah saya kunjungi dalam rangka mengenalkan kebudayaan Indonesia menerima kehadiran kami dengan baik. Maka marilah kita menolong seni tradisi bangsa ini agar tidak punah, ada banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya menunjukkan apresiasi positif atau dukungan dana dan fasilitas untuk dapat berkesenian," demikian Titiek Puspa.
Koran Pak Oles/Edisi 168/1-15 Februari 2009
Thanks for reading Geliat Seniman Populerkan Seni Tradisional

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar