Tingkat kesuburan tanah pertanian di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menurun sekitar 1 persen, menyusul banyaknya penggunaan pupuk kimia yang dilakukan oleh petani secara berlebihan.
Kepala Seksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Pemkab Jombang, Muhammad Rony, di Jombang, Jumat (9/1), mengatakan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Malang, kondisi kesuburan tanah di kabupaten Jombang menurun drastis.
"Idealnya tingkat kesuburan tanah itu berada sekitar 2-5 persen, sementara di sini kondisinya turun jauh di bawah 1 persen," katanya.
Ia mengatakan, indikasi penurunan kesuburan tanah ini bisa dilihat dari kebutuhan pupuk kimia pada saat musim tanam. "Ada kecenderungan untuk menggunakan pupuk kimia yang cukup banyak oleh petani pada saat musim tanam," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah ini, pihaknya akan kembali menggalakkan penggunaan pupuk semiorganik dan juga pupuk organik. "Karena untuk mengambalikan kesuburan tanah ke tingkat ideal diperlukan waktu sekitar enam tahun," katanya.
Salah satu langkah yang telah dilakukan oleh Dispertan, yaitu melakukan pemupukan sekitar 35 ribu hektare lahan pertanian di Jombang dengan menggunakan pupuk semiorganik.
Sementara itu, Kusairi salah satu petani asal Desa Kedungkotok, Kecamatan Tembelang, Jombang, mengakui dalam melakuakn pemupukan dirinya sudah mengikuti anjuran pemerintah, yakni menerapkan 3 kuintal Urea, 1 kuintal ZA, dan 1 kuintal Ponska per hektare. "Namun, pada kenyataannya, masih belum cukup untuk memupuk tanaman padi milik saya," katanya.
Diakuinya, jika dirinya mengikuti anjuran pemerintah dalam penggunaan pupuk, kemungkinan gagal panen sangat besar. "Jika anjuran pemerintah kami terapkan, tanaman bisa jadi gagal panen karena tidak cukup pupuk," katanya seperti dilansir Antara.
Koran Pak Oles/Edisi 167/16-31 Januari 2009
Kepala Seksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Pemkab Jombang, Muhammad Rony, di Jombang, Jumat (9/1), mengatakan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Malang, kondisi kesuburan tanah di kabupaten Jombang menurun drastis.
"Idealnya tingkat kesuburan tanah itu berada sekitar 2-5 persen, sementara di sini kondisinya turun jauh di bawah 1 persen," katanya.
Ia mengatakan, indikasi penurunan kesuburan tanah ini bisa dilihat dari kebutuhan pupuk kimia pada saat musim tanam. "Ada kecenderungan untuk menggunakan pupuk kimia yang cukup banyak oleh petani pada saat musim tanam," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah ini, pihaknya akan kembali menggalakkan penggunaan pupuk semiorganik dan juga pupuk organik. "Karena untuk mengambalikan kesuburan tanah ke tingkat ideal diperlukan waktu sekitar enam tahun," katanya.
Salah satu langkah yang telah dilakukan oleh Dispertan, yaitu melakukan pemupukan sekitar 35 ribu hektare lahan pertanian di Jombang dengan menggunakan pupuk semiorganik.
Sementara itu, Kusairi salah satu petani asal Desa Kedungkotok, Kecamatan Tembelang, Jombang, mengakui dalam melakuakn pemupukan dirinya sudah mengikuti anjuran pemerintah, yakni menerapkan 3 kuintal Urea, 1 kuintal ZA, dan 1 kuintal Ponska per hektare. "Namun, pada kenyataannya, masih belum cukup untuk memupuk tanaman padi milik saya," katanya.
Diakuinya, jika dirinya mengikuti anjuran pemerintah dalam penggunaan pupuk, kemungkinan gagal panen sangat besar. "Jika anjuran pemerintah kami terapkan, tanaman bisa jadi gagal panen karena tidak cukup pupuk," katanya seperti dilansir Antara.
Koran Pak Oles/Edisi 167/16-31 Januari 2009
0 komentar:
Posting Komentar