Buah durian asal kawasan Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang dengan rasa khas `manis legit` sangat diminati oleh pembeli dari berbagai kota di Jawa Tengah, seperti Pati, Jepara, Surakarta, Salatiga, Demak, dan Purworejo. "Pada umumnya pembeli sangat senang dengan durian asal daerah ini yang memiliki rasa khas manis legit," kata Ny. Sarmi, seorang penjual durian di bilangan Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang, Kamis Semarang (15/1).
Bagi masyarakat di Jawa Tengah, buah durian yang mempunyai aroma menyengat, namun manis-legit dari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang sudah tidak asing lagi karena durian daerah ini berjenis montong dan gablok. Durian montong memiliki ciri khas tersendiri di antaranya warna daging buahnya kuning, tebal, dan manis. Selain berjenis montong juga ada yang berjenis gablok. Khusus untuk gablok harganya lebih murah ketimbang montong, karena aromanya berbeda dan daging buah lebih tipis. Jika durian montong harga per biji bisa mencapai Rp50 ribu hingga Rp80 ribu, maka durian gablok berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp30 ribu per bijinya.
Ia menambahkan, musim buah durian di daerah ini terjadi pada bulan Agustus hingga Januari, dan pada musim ini para pedagang selalu diuntungkan secara ganda. Keuntungan pertama karena buahnya banyak dibeli pecinta buah ini dan keuntungan lainnya bisa menjual biji buah durian kepada para pengembang tanaman durian yang selalu datang ke daerah ini untuk membeli biji buah itu, katanya.
Sementara biji durian per karung dihargai Rp100 ribu. Menurut Mundhakir, kebanyakan pedagang durian di Gunungpati menjajakan buah durian hasil dari masing-masing pohon durian yang ada di kebun. Karena lokasi para pedagang buah durian di Gunungpati berdekatan dengan kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), maka tidak mengherankan jika konsumsi buah durian di daerah ini adalah mahasiswa universitas tersebut dan masyarakat pecinta buah durian lainnya. Dulu, katanya, sebelum kampus Unnes berdiri pada tahun 1993 masyarakat setempat tidak langsung menjual buah durian di pinggir-pinggir jalan seperti sakarang ini tetapi, menjual secara borongan kepada para pemasok buah durian.
Itu terjadi, karena dahulu konsumennya sedikit dan daerah ini sangat sepi, katanya. Keuntungan yang diperoleh pedagang buah durian di Gunungpati lebih banyak untungnya jika dijual langsung pada konsumen ketimbang penjualan secara borongan.
Beberapa pedagang buah durian lainnya, Sri Narwati dan Asri menyatakan hal yang sama dengan apa yang disampaikan oleh Mundhakir. Menurut mereka, pada musim durian dalam keseharianya penghasilan yang didapat berkisar antara Rp 500 ribu-Rp 2 juta.
Koran Pak Oles/Edisi 167/16-31 Januari 2009
Bagi masyarakat di Jawa Tengah, buah durian yang mempunyai aroma menyengat, namun manis-legit dari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang sudah tidak asing lagi karena durian daerah ini berjenis montong dan gablok. Durian montong memiliki ciri khas tersendiri di antaranya warna daging buahnya kuning, tebal, dan manis. Selain berjenis montong juga ada yang berjenis gablok. Khusus untuk gablok harganya lebih murah ketimbang montong, karena aromanya berbeda dan daging buah lebih tipis. Jika durian montong harga per biji bisa mencapai Rp50 ribu hingga Rp80 ribu, maka durian gablok berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp30 ribu per bijinya.
Ia menambahkan, musim buah durian di daerah ini terjadi pada bulan Agustus hingga Januari, dan pada musim ini para pedagang selalu diuntungkan secara ganda. Keuntungan pertama karena buahnya banyak dibeli pecinta buah ini dan keuntungan lainnya bisa menjual biji buah durian kepada para pengembang tanaman durian yang selalu datang ke daerah ini untuk membeli biji buah itu, katanya.
Sementara biji durian per karung dihargai Rp100 ribu. Menurut Mundhakir, kebanyakan pedagang durian di Gunungpati menjajakan buah durian hasil dari masing-masing pohon durian yang ada di kebun. Karena lokasi para pedagang buah durian di Gunungpati berdekatan dengan kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), maka tidak mengherankan jika konsumsi buah durian di daerah ini adalah mahasiswa universitas tersebut dan masyarakat pecinta buah durian lainnya. Dulu, katanya, sebelum kampus Unnes berdiri pada tahun 1993 masyarakat setempat tidak langsung menjual buah durian di pinggir-pinggir jalan seperti sakarang ini tetapi, menjual secara borongan kepada para pemasok buah durian.
Itu terjadi, karena dahulu konsumennya sedikit dan daerah ini sangat sepi, katanya. Keuntungan yang diperoleh pedagang buah durian di Gunungpati lebih banyak untungnya jika dijual langsung pada konsumen ketimbang penjualan secara borongan.
Beberapa pedagang buah durian lainnya, Sri Narwati dan Asri menyatakan hal yang sama dengan apa yang disampaikan oleh Mundhakir. Menurut mereka, pada musim durian dalam keseharianya penghasilan yang didapat berkisar antara Rp 500 ribu-Rp 2 juta.
Koran Pak Oles/Edisi 167/16-31 Januari 2009
0 komentar:
Posting Komentar