Home » » Made Sumadiyasa ; Akrabi Transisi Tepian Pelangi

Made Sumadiyasa ; Akrabi Transisi Tepian Pelangi

OLEH: INDAH WULANDARI
hadni_wulan@yahoo.co.id
Pameran lukisan tunggal Songs of The Rainbow di Ganesha Gallery, Four Seasons Resort Bali, Jimbaran (10/3-10/4) mengajak penikmat seni bersinergi dengan semesta alam. Karya-karya pelukis I Made Sumadiyasa terlahir dari sebuah keyakinan.
Karya seniman lulusan ISI Yogyakarta memang telah dikenal pecinta seni internasional. Ia pernah berpartisipasi dalam even prestisius Art Asia International Fine Arts Exhibition di Hongkong yang digelar medio 1995. Bahkan karyanya menghiasi cover majalah Asian Art News (edisi Maret-April 1996). Pria kelahiran Lalang Linggah, Tabanan ini memahami seni rupa bak menguak misteri kehidupan yang berhubungan dengan rahasia alam semesta. Keyakinan tersebut membawanya menuju pengetahuan tentang semesta yang jadi sentral kreativitasnya. Tentu saja ini sangat berjarak dengan tren seni rupa Indonesia lima tahun belakangan. Tren aliran seni rupa objek dan Neo-Pop warnai kebanyakan karya seni terkini. Sehingga tidak banyak perupa yang mengembalikan praktek seni rupa sebagai media dialog dengan alam.
Berbagai gejolak alam berhasil ditangkap Made dan diungkap secara total lewat kondisi kejiwaan yang energik, meletup, meledak, dan tanpa batas. Terciptalah sebentuk kekhasan aliran abstrak ekspresionis penuh emosi diri. Sejak tahun 1994, sebut Made, ia telah kembangkan perombakan tata visual seni rupa Bali yang menjauh dari pencitraan ikonografis Bali atau identitas keetnisan Bali. Citra abstraksi berkebebasan tampilkan impresi personal. Seperti yang terlihat dalam jiwa Song of The Rain (1995) dan spirit of the Forest (1994). Di tahun-tahun berikutnya ia sajikan karya berkarakter kuat tentang semesta alam dalam pameran tunggal Heart Series (2004) dan Sunrise Series (2005).
Dalam pameran tunggalnya kali ini Made coba menepikan diri dalam sebuah fenomena alam yang terlahir dari bias uap air. Ia coba lukiskan pelangi bergradasi warna alamiah. Paduan visual warna di udara terangkum dengan nuansa warna alam lainnya gugah kekaguman. Stimulasi tentang aneka teori ilmu alam pun menoreh para penikmatnya. Pasalnya, yang tertuang dalam kanvas bukanlah kelir pelangi selayaknya citraan sebelumnya. Tapi pelangi sebagai ruang waktu transisi tak berbatas. ‘’Warna yang mendominasi lukisan pelangi ini merupakan ruang warna alam yang riil berbaur dengan warna gradatif materi alam dan misteri indera penglihatan manusia,” terang pelukis berusia 36 tahun ini.
Karya seri Songs of the Rainbow secara visual mengangkat warna-warna blur yang tercecer akibat genangan pengencer minyak yang berlebih. Pun, teknik dussel dan opaque yang spontan, organis, dan bebas. Kondisi transisi terwakilkan dengan kesan samar beradu terang gelap serta jeda ruang kosong. Semuanya disandingkan dengan goresan spontan dan polesan pekat membidang dalam karya Serenity III dan karya-karya lainnya.
Thanks for reading Made Sumadiyasa ; Akrabi Transisi Tepian Pelangi

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar