Home » » Busway; Tiru Bogota Tapi Biang Macet Ibukota?

Busway; Tiru Bogota Tapi Biang Macet Ibukota?

PENGANTAR REDAKSI: Jalan raya bukan lagi sebatas ruang penghubung antar jalan, gang dan lorong. Di tengah pertumbuhan daerah megapolitan, citra jalan raya bergeser sebagai parameter mengukur akselerasi pertumbuhan ekonomi. Secara kasat mata, gerak roda ekonomi suatu kota besar dapat dilihat dengan tingginya arus lalu lintas kendaraan. Karena itu, persoalan kemacetan lalu lintas yang kian krodit mendesak pemerintah memikirkan solusi alternatif tanpa harus mengorbankan keseimbangkan ekologis. Karena itu manajemen transportasi kota harus dibaluti baju moral ekologis tanpa mengggusur budaya dan kearifan lokal.
OLEH: AGUS SALAM
Manajemen Transportasi Kota sebagai masterplan pembenahan kota yang digelontorkan mantan gubernur Jakarta Sutiyoso dan dilanjutkan oleh Fauzi Bowo, sebagai langkah yang banyak diterima masyarakat luas terutama mereka yang selama ini menggunakan fasilitas umum sebagai sarana transportasi.
Bagi pemerintahan DKI Jakarta, Transjakarta adalah sarana efektif untuk mendorong menyediakan transportasi umum yang aman, nyaman, dan cepat melalui bus rapid transportation (BRT) system. Busway adalah model transportasi yang bisa diharapkan untuk mengalihkan pengguna mobil pribadi ke model transportasi umum.
TransJakarta yang merupakan adopsi dari Transmilenio di Bogota, Kolombia, memulai operasinya pada 15 Januari 2004 bertujuan memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, namun terjangkau bagi warga Jakarta. Untuk mencapai hal tersebut, bus Transjakarta diberikan lajur khusus di jalan-jalan yang menjadi bagian dari rutenya dan lajur tersebut tidak boleh dilewati kendaraan lainnya (termasuk bus umum selain TransJakarta). Agar terjangkau oleh masyarakat, maka harga tiket disubsidi oleh pemerintah daerah
Namun sayangnya, alih-alih menyelesaikan carut marutnya masalah transportasi dan masalah lingkungan yang disebabkan karena polusi udara, malah menimbulkan persoalan baru seperti menimbulkan kemacetan, kecelakaan, dan persoalan lainnya.
Setiap hari, masyarakat sering disuguhkan berbagai berita tentang pembangunan sarana busway yang dituding sebagai penyebab kemacetan dan juga merusak lingkungan (penebangan pohon). Padahal, proyek ini diperuntukan untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta.
Jika ditanya efektifkah Busway sebagai masterplan untuk mengatasi kemacetan kota Jakarta? Ini yang terus menjadi perdebatan. Namun seperti yang diutarakan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nurachman, busway harus dilihat sebagai solusi bersama dalam mengurangi kemacetan di Jakarta.
Dari catatan Dinas Perhubungan DKI Jakarta jumlah penumpang TransJakarta pada 2004 dengan satu koridor mencapai 15.942.423, pada 2005 dengan satu koridor mencapai 20.809.618. Pada 2006 total jumlah penumpang mencapai 18.765.678 dengan perincian 23.287.796 penumpang untuk koridor I, 8.226.927 penumpang untuk koridor 2 dan 7.250.955 penumpang untuk koridor 3 dan lain-lain. ‘’Itu artinya jika semua pihak menjadikan busway ini sebagai solusi transportasi di Jakarta , dan tentunya proyek ini sangat efektif,’’ yakinya.
Begitu juga disampaikan Gubernur DKI Jakarta, dalam satu hari ada 17 juta trip atau perjalanan yang terjadi di Jakarta. Dari jumlah tersebut, sekitar 12-13 juta trip dilakukan melalui kendaraan pribadi. Sedangkan sekitar 4 juta hingga 5 juta oleh angkutan umum. Dari jumlah tersebut yang terlayani busway baru sekitar 200-250 trip per hari.
Menurut Fauzi, ada dua faktor yang mempengaruhi kemacetan di Jakarta, yakni ruas jalan terbatas dan pertumbuhan kendaraan tak sebanding dengan ruas jalan. ‘’Kita tidak bisa batasi pertumbuhan kendaraan karena itu berada di kewenangan pemerintah pusat. Kalau kita minta pembelian kendaraan dibatasi, itu mempengaruhi pertumbuhan industri otomotif yang jadi salah satu andalan devisa. Sedangkan kalau kita menambah ruas jalan, itu pun butuh waktu yang lama dan ketersediaan lahan di Jakarta tidak memungkinkan. Makanya pilihannya adalah membatasi penggunaan kendaraan pribadi, tetapi itu baru bisa dilakukan kalau kita sudah menyediakan angkutan umum yang layak,’’ katanya
Gubernur juga menghimbau, agar masyarakat semestinya mengubah paradigma dalam tertib lalu lintas. Selain itu, warga juga disarankan lebih banyak memanfaatkan kendaraan publik dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.
Selain itu, guna menambah kenyamanan pengguna bus TransJakarta tapi menggunakan kendaraan pribadi, saat ini di Terminal Kalideres telah disediakan lapangan parkir kendaraan pribadi seluas 3.820 meter persegi. Penumpang kendaraan pribadi yang ingin naik bus TransJakarta dapat memarkirkan kendaraannya terlebih dahulu. ‘’Kemudian nanti akan dikembangkan di Terminal Kampung Rambutan dan Ragunan dan terminal Rawa Buaya,’’ katanya.
Thanks for reading Busway; Tiru Bogota Tapi Biang Macet Ibukota?

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar