Home » » Suara Warga

Suara Warga

Pasrah Pemakaian Listrik Terbatas
Mendengarkan kabar akan segera dibatasinya pemakaian listrik membuat siapapun menjerit. Masalah kenaikan harga dan kelangkaan bensin juga minyak tanah saja belum bisa diatasi. Semua lapisan masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah sangat tersiksa dengan keadaan ini. Tak ada satu pun yang bisa menjawab sampai kapan keadaan ini.
Tidak hanya bingung mengatur pengeluaran keluarga, penghematan pemakaian listrik pun saya lakukan. Apalagi saya hanya mendapatkan penghasilan dari usaha saya membuka tempat fotocopy. Yang sangat tergantung dengan kebutuhan listrik besar. Jika pembatasan listrik terealisasi, maka otomatis usaha saya akan terganggu. Belum lagi masalah harga kertas yang juga saya rasakan semakin mahal.
Untuk menutupi pengeluaran listrik yang membengkak tak mungkin menaikkan harga fotocopy. Akan membuat kabur semua langganan, apalagi langganan saya kebanyakan mahasiswa dan murid. Yang uangnya juga pas-pasan dan harus melakukan penghematan seperti saya. Biarlah jika memang pemakaian listrik harus dibatasi. Saya hanya bisa pasrah. Dan kalau usaha saya tidak bisa beroperasi lagi jalan satu-satunya ya hanya ditutup.
Komentar: Pan Bagus Ayu, Jl Hayam Wuruk No 88 Denpasar.

Jangan Legalkan Tajen
Banyak cara dilakukan para calon pemimpin Bali dalam mengambil hati rakyatnya. Salah satu strategi mereka menjadikan tajen atau judi sabung ayam sebagai ikon Bali. Memang tajen sudah menjadi tradisi masyarakat Bali sejak dahulu kala. Namun jika tajen dilegalkan imbasnya akan semakin banyak masyarakat Bali yang mencintai judi. Mereka tidak lagi sembunyi-sembunyi untuk berjudi. Padahal judi ibarat candu yang selalu menghantui peminatnya.
Di tengah krisis ekonomi saat ini dan susahnya mencari pekerjaan membuat kaum adam Bali berpikir sabung ayam memberikan lowongan pekerjaan. Namun menurut saya yang tidak menyukai judi menganggap hal itu hanya akan merugikan diri sendiri dan keluarga. Arena tajen memang tidak membuat keonaran atau keributan tetapi banyak kejadian harta benda mereka yang terkuras. Kalau begitu akan merugikan keluarga, istri dan anak.
Legalitas tajen akan semakin membuat malas orang untuk bekerja. Hal ini karena judi dianggap menguntungkan. Anggapan bila menang akan mendapat keuntungan dua kali lipat, membius mereka untuk setia berjudi. Padahal bila saya lihat, judi justru merugikan mereka dari segala aspek kehidupan.
Dilegalkan atau tidak, tajen tetap akan ada di dalam tradisi masyarakat Bali. Dan hampir 80% kaum pria Bali menyukai tajen. Untuk itu akan mengalami kesulitan jika tajen dihapus. Selain itu, judi tidak hanya tajen saja tetapi masih banyak judi yang lain seperti biliar, ceki dan bola adil serta togel yang menghiasi wajah masyarakat Bali. Saya rasa kalau tajen dihapus maka segala jenis judi pun harus diberantas sampai akar-akarnya.
Komentar: Putu Donald, tinggal di Jl Setiabudi, Denpasar.
Thanks for reading Suara Warga

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar