Home » » SOKSIOLOGI: Konsentrasi Dan Relaksasi

SOKSIOLOGI: Konsentrasi Dan Relaksasi

Oleh: Pak Oles
Rodney Mercado, seorang guru musik dan seniman hebat menegaskan pentingnya konsentrasi dan relaksasi untuk mencapai prestasi tinggi. Dia mengatakan bahwa, “hanya ada dua prinsip yang perlu anda pegang untuk memainkan musik yang hebat atau untuk menjalani kehidupan yang hebat: konsentrasi dan relaksasi. Hanya itu. Hanya itu saja.”
Orang hebat yang dimaksud adalah mereka yang memiliki prestasi tinggi dalam bidang apapun. Untuk menjadi orang yang berprestasi tinggi hanya diperlukan dua hal yang cukup sederhana, yaitu konsentrasi dan relaksasi. Tetapi, untuk melaksanakan dua hal yang sederhana tersebut tidaklah semudah membalik telapak tangan. Itu harus dilakukan dengan penuh kesadaran, perhatian, kewaspadaan, kepekaan.
Apapun bidang yang kita tekuni haruslah kita bisa berkonsentrasi pada bidang tersebut. Konsentrasi yang dimaksud adalah tetap fokus, detil, cepat, terarah, mendalam, peka dan intensif untuk memperdalam dan mengembangkan ilmu tersebut. Dengan konsentrasi kita tidak ragu-ragu dalam bertindak dan berkarya. Dengan konsentrasi kita mengetahui dan menyadari segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang kita miliki, sehingga seluruh potensi positif yang kita miliki bisa kita arahkan untuk kemajuan ilmu, dan seluruh potensi negatif yang kita miliki bisa kita carikan jalan keluarnya untuk memberikan hasil yang positif. Demikian pentingnya konsentrasi untuk mencapai keberhasilan tinggi, maka konsentrasi haruslah dilatih. Mereka yang berkonsentrasi adalah mereka yang tekun, jujur, ulet, kuat, cepat dan mantap. Bagaimana cara melatih konsentrasi adalah dengan setiap saat melatih kesadaran, perhatian, kewaspadaan dan kepekaan, sehingga sikap tersebut bisa menjadi gaya hidup.
Karena konsentrasi memerlukan energi tinggi yang terarah, maka perlu diseimbangkan dengan relaksasi. Relaksasi yang dimaksud adalah melemaskan seluruh otot dan syaraf yang tegang setelah berkonsentrasi, sehingga bisa disegarkan kembali. Relaksasi berarti santai, gembira dan menikmati kehidupan saat ini dalam segala suka dan duka, sehingga kita bisa menangkap makna kehidupan. Relaksasi berarti menyerap segala informasi yang bisa dihubungkan dengan bidang ilmu yang dipelajari, sehingga kita bisa melihatnya dari berbagai sudut pandang.
Untuk menjadi hebat perlu konsentrasi dan relaksasi. Hanya itu saja. Konsentrasi memerlukan energi yang yang kuat memancar untuk tetap fokus dan terus menerus. Relaksasi adalah lawan dari konsentrasi, yaitu energi yang menerima, ikhlas dan tulus. Relaksasi adalah energi yang bisa membuang segala bentuk informasi yang tidak diperlukan.
Seseorang yang memiliki prestasi biasa-biasa saja, sedikit di atas atau di bawah rata-rata, prestasi jeblok atau underdog, yang bukan prestasi juara, pastilah tidak memiliki konsentrasi dan relaksasi. Konsentrasi bukan berarti bekerja sambil mengerutkan dahi atau memicing-micingkan mata, bukan yang bekerja mati-matian sampai siang dan malam, tapi bekerja dengan fokus. Yang fokus adalah pikirannya, terarah dan waspada, akan setiap tahapan, proses dan kemajuan yang dicapai. Orang yang bekerja fokus tidak pernah merasa capai, atau bosan, karena pikirannya tidak pernah terganggu dengan segala hal yang membuatnya letih atau membosankan. Sebagai manusia, orang yang berkonsentrasi pasti pernah letih dan bosan, tapi karena pikiran yang fokus, energinya cepat pulih untuk meneruskan tugasnya, semangatnya muncul lagi dengan lebih besar, karena kegairahan dan kegigihannya untuk meraih prestasi. Mereka yang tidak berkonsentrasi akan merasakan berbagai gangguan sebagai hambatan yang melelahkan dan membosankan, yang pada akhirnya akan menurunkan prestasi, kendor, lembek dan stres.
Mereka yang tidak bisa mengendalikan pikirannya agar tetap tenang perlu belajar relaksasi. “Bagaimana bisa tenang jika masalahnya semakin ruwet, waktunya semakin sempit dikejar deadline, pengeluaran semakin membludak sedangkan pemasukannya seencrit-encrit, pekerjaan semakin menumpuk dan dikejar target, sedangkan jalan keluarnya semakin buntu dan targetnya lari semakin kencang, sementara kita berjalan tertatih-tatih karena kaki keseleo? Bagaimana bisa tenang. Coba pikir. Ngomong sih gampang bilang relaksasi dan tenang-tenang. Coba kalau kerja di lapangan, bukan di belakang meja, pinggang dan punggung sakit, otak mumet, berat badan turun drastis, perut mual dan sering mencret, burungpun bisa letoi, bahkan datang bulan bisa ngadat gara-gara stres,” keluh beberapa direktur yang lagi ngerumpi di saat jeda rapat. Dari sinilah kita bisa mengutip kembali petuah Rodney Mercado, bahwa prestasi tidak mungkin bisa dicapai oleh orang yang tidak tenang. Ketenangan memberikan kewaspadaan. Di saat menang harus tetap tenang, agar kemenangan bisa dipertahankan. Di saat kalah juga harus tetap tenang, agar kemenangan bisa direbut kembali. Kalau kita tidak tenang, panik atau lupa diri, maka dalam hitungan waktu, pastilah prestasi kita menjadi anjlok. Begitu mahal dan pentingnya nilai sebuah ketenangan, maka sikap tenang harus dikuasai.
“Mencapai prestasi itu ibarat mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Diperlukan konsentrasi dan relaksasi,” kata seorang ahli motivasi. Supir yang tidak berkonsentrasi pasti jatuh terpelanting, nabrak, terperosok atau ditabrak. Supir yang tidak relaksasi, tidak tenang, pastilah gugup, panik, tegang dan was-was menghadapi berbagai situasi di jalan. Supir yang tidak konsentrasi dan yang tidak relaksasi bernasib sama, kalau tidak ke UGD (Unit Gawat Darurat) pastilah ke kamar mayat. Bisa dipilih yang mana disukai, atau tidak memilih salah satupun dengan menguasai konsentrasi dan relaksasi.
Sebuah prosesi peletakan patung Budha yang sangat berat, kira-kira beratnya satu ton, digotong oleh 10 orang pendeta kurus menaiki tangga menuju tempat altar di daerah ketinggian. Prosesi itu dipimpin oleh ketua pendeta yang kurus pula. Ketua pendeta duduk di atas ketinggian sambil menarik benang yang diikatkan pada tangan patung Budha. Patung Budha yang berat itu digotong naik ke atas altar yang tinggi dengan kekuatan 10 pendeta kurus dan seutas benang. Musik dan doa melantun ritmis seperti gaungan bunyi serangga. Penonton melihat dengan harap-harap cemas. Secara perlahan-lahan, satu-persatu tangga dinaiki, akhirnya patung Budha bisa diletakkan di sebuah altar yang tinggi. Penonton melepas nafas lega karena selamat. Bahkan ada penonton yang duduk lemes setelah prosesi selesai karena jantungnya terlalu berdegup kencang. Sedangkan wajah pendeta-pendeta kurus itu tidak tampak letih sekalipun, dia tersenyum bahagia.
Pertanyaannya adalah: “Kekuatan apa yang bisa mendorong pekerjaan yang tidak masuk akal tersebut?” Tentu saja jawabannya karena kekuatan konsentrasi dan relaksasi. Melalui tarikan seutas benang yang dipimpin oleh ketua pendeta, seluruh kekuatan sudah terkonsentrasi untuk maju melangkahi tangga demi tangga. Mereka yakin, percaya dan fokus bisa menyelesaikan tugasnya. Dengan mendengar irama doa dan musik yang ritmis mereka bisa relaksasi, bisa tenang tanpa beban menaiki tangga.
Akhirnya tugas berat diselesaikan dengan baik dan tanpa terlihat lelah sekalipun. Sebaliknya penonton yang ragu-ragu, tidak konsentrasi, tegang dan harap-harap cemas, yang justru tidak melakukan aktivitas fisik, hanya melihat dan was-was saja, justru duduk lemas setelah pekerjaan yang dilihatnya selesai. Karena apa? Karena tidak konsentrasi dan tidak relaksasi. Semoga pelajaran ini memberi manfaat agar kita bisa menjadi generasi yang berprestasi. Memang tidak semudah membalik telapak tangan, tapi itu harus dilatih.

Thanks for reading SOKSIOLOGI: Konsentrasi Dan Relaksasi

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar