Oleh: Indah Wulandari
Persediaan minyak bumi kian menipis. Mengantisipasi defisit minyak bumi pada tahun 2010 sampai 2020, Pemerintah 006 tentang pecepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati. Juga dibentuk Tim Nasional Bahan Bakar Nabati (BBN). Tugas tim ini mengembangkan BBN untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta pemanfaatan biofuel dalam energi mix nasional hingga tahun 2025.
Ketua Timnas Alhilal Hamdi saat ditemui di diharapkan mampu penuhi kebutuhan biofuel jangka panjang. Rencana induk sudah disusun dengan mendayagunakan 5 hingga 5,5 juta hektar lahan. Masing-masing untuk sawit, jarak pagar, dan singkong sekitar 1,5 juta hektar, serta tebu 750 ribu hektar. Diperkirakan lapangan kerja tercipta untuk 3,5-5 juta orang. Selain kesejahteraan manusia, kelestarian sumber daya alam pun akan terjaga.
Lanjut Alhilal Hamdi, mengembangkan biofuel, bahan bakar dari tumbuhan atau olahan limbah rumah tangga menjadi pilihan strategis. Apalagi di Indonesia memiliki 4 komoditas lokal yang bisa dikembangkan. Yaitu kelapa sawit, jarak pagar, tebu, dan singkong.
Sektor biofuel menjadi pilihan strategis, papar Alhilal Hamdi, karena terbuka kesempatan penanaman insentif modal dan penguatan ekonomi lokal. Memang saat ini tersedia berbagai energi alternatif seperti tenaga baterai, panas bumi, tenaga matahari, laut, angin, gas dan matahari, nuklir serta batu bara. Namun upaya mencari energi terbarukan tidak semudah membalik telapak tangan. Selain harus lewat serangkian penelitian yang melelahkan, ada juga energi alternatif yang tidak layak dikembangkan. Seperti ada yang berdampak merusak lingkungan dan masa percobaan berbiaya tinggi.
Kini alternatif strategis yaitu mengembangkan biofuel, bahan bakar dari tumbuhan atau olahan limbah rumah tangga. Jenisnya dibagi tiga yakni biodiesel & green diesel (berbahan
0 komentar:
Posting Komentar