Home » » Minyak Tanah Mahal, Kotoran Sapi Dilirik

Minyak Tanah Mahal, Kotoran Sapi Dilirik

OLEH: HERNAWARDI
Inaq Rugayah (45) warga Dusun Sidekarya, Desa Batukumbung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB tidak perlu pusing mencari minyak tanah untuk memasak. Selain jarang ditemui di agen dan pengecer, juga harganya kian menguras kantong. Bahkan ibu empat anak ini tidak lagi harus ngeruyuk memasuki dan mencari kayu bakar di hutan untuk keperluan menanak nasi. “E kemolah te nane jak meriap arak gas langan tain sampi niki, ” ujar Inaq Rugayah dalam bahasa Sasak. Artinya, enak sekarang masak karena adanya gas dari kotoran sapi.
Sejak uji coba biogas pengganti bahan bakar alternatif minyak tanah dari pengolahan kotoran sapi, Inaq Rugayah dan puluhan kepala keluarga (KK) di dusun Sidekarya tidak lagi ngedumel memikirkan minyak tanah. Uji coba bahan bakar alami ini baru dilakukan dua bulan lalu, namun warga setempat sudah mulai memanfaatkan biogas itu sejak dua minggu sebelumnya.
Uji coba biogas dari limbah kotoran sapi di dusun yang terdiri dari 268 KK itu pantas dijadikan pilot project. Pasalnya sebagai sarat utama untuk produksi gas dari kotoran sapi yakni harus tersedianya kotoran sapi yang cukup. Mayoritas warga penghuni dusun itu tetap bekerja di sektor pertanian dan peternakan, serta setiap KK memelihara sapi. “Jadi tidak sulit bahan baku untuk pembuatan biogas ini,” jelas Murli, Kepala Dusun Sidekarya.
Produk biogas temuan seorang anak penderita busung lapar itu langsung didukung pemerintah setempat ketika terbetik kabar seputar pemanfaatan kotoran sapi beberapa waktu lalu. Pemerintah mendukung demi mengembangkan potensi energi terbarukan yang berbahan dasar lokal. Karena itu Dirjen Listrik dan pmanfaatan Energi memberikan bantuan tiga unit tabung pengolahan gas dari kotoran sapi, dan dua unit sudah dipakai.
Meski jumlah bantuan masih terbatas buat 10 KK, namun sejak adanya biogas tersebut masyarakat sangat terbantu untuk perlancar aktivitas di dapur. Hingga kini, 20 dari 30 KK di dusun itusudah menikmati biogas kotoran sapi ini. Dari 30 KK yang dijadikan sebagai uji coba biogas, setiap KK memperolah bantuan berupa pipa penyaluran gas, tabung gas pelastik berdiameter 2 X 1 M dan 1 unit kompor gas. Dari unit pengolahan gas kotoran sapi inilah, gas dialirkan elalui pipa-pipa dan selang plastic, diteruskan ke setiap tabung gas plastik milik setiap KK.
’’Warga tinggal memasak makanan dan air panas sesuai kebutuhan mereka. Pemanfaatan biogas efektifnya dua sampai tiga jam. Tidak bertele-tele atau memerlukan kerja fisik melelahkan dari pembuatan gas. Cukup sederhana prosesing pembuatan gas ini hingga pemanfaatan. Kotoran sapi yang diambil warga setiap pagi tidak lagi dibuang atau dihanyutkan di sungai. Karena menimbulkan pencemaran lingkungan seperti yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. Namun kini kotoran sapi tak setitikpun dibuang percuma, melainkan dikumpulkan dan ditimbun di bak pencampuran yang sudah disiapkan,’’ jelas Murli.
Lantas adukan atau cairan kotoran sapi diteruskan ke tabung penampungan dan pengolahan gas berbentuk bundar lancip. Di tabung gas penampungan, cairan kotoran sapi diolah jadi gas. ‘’Hasil olahan berupa gas itulah yang diteruskan ke titik pembagian gas ke setiap tabung plastik di rumah-rumah melalui pipa saluran. Jika tabung gas plastik sudah kembung, berarti sudah terisi gas. Tinggal kompor dinyalakan pakai korek, maka apa yang Anda masak atau rebus dalam sekejap bisa rasakan sendiri,” kata Murli.
Meski begitu, Murli tetap kwatir menghilangnya stok kotoran sapi mengingat setiap pagi harus diolah untuk menjadi gas. Karena itu, Murli meminta pemerintah bisa memberikan bantuan sapi kepada warga. Selain diternak sebagai mata pencaharian, juga kotorannya bisa dimanfaatkan untuk biogas. “Kita berharap agar masyarakat di sini bisa membuat kandang kumpul secara berdekatan dengan lokasi pengolahan gas. Jadi tak berpencar sehingga lebih dekat prosesnya dan ebih cepat,” tambah Murli.
Thanks for reading Minyak Tanah Mahal, Kotoran Sapi Dilirik

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar