Home » » Harga Bawang Dan Mitan Masih Stabil

Harga Bawang Dan Mitan Masih Stabil


PERISTIWA
Harga sembilan bahan pokok (sembako) seperti beras, gula, minyak goreng, minyak tanah, bawang merah, tepung, kedelai, daging dan telur di awal Januari 2008 terus naik. Rakyat kecil dengan penghasilan rendah kini menjerit. Ditambah lagi, harga tahu dan tempe yang menjadi makanan bergizi yang murah ikut naik. Hal ini tidak terlepas dari kenaikan bahan baku dan produk pertanian di pasar. Para produsen harus menerapkan jurus efisiensi agar tetap berproduksi. Demikian pula para pedagang di pasar tradisional mau tidak mau menaikan harga barang, termasuk sembako.
Di pasar tradisional Sanglah, Denpasar, kenaikan harga sembako mulai 10% hingga 50%. Bagi Karmawan, salah satu penjual sembako, kenaikan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualannya. Meski harga naik, para pembeli tetap mencari dan membeli kebutuhan mereka. Beruntung harga bawang merah dan minyak tanah masih stabil. Namun harga bawang lokal Bali mengalami kenaikan 30 persen. Dari Rp 10 ribu menjadi Rp 17 ribu. Para penjual mengaku hanya mendapat untung Rp 300 - Rp 500. ”Sebagai penjual saya pun tidak tega mematok harga yang terlalu mahal. Saya mencari untung tidak banyak-banyak,” katanya.
Sementara Jamilah seorang penjual daging mengaku harga daging per kilo naik 10%. Dulu per kilo hanya Rp 48 ribu, kini naik Rp 50 ribu. ”Sementara untuk daging kualitas kedua dari Rp 42 ribu, dijual Rp 45 ribu,” ujar Jamilah yang tetap berupaya menjual dengan harga lama meski keuntungan amat kecil.
Ibu rumah tangga semakin pusing memutarkan uang belanja. Seperti yang dialami Nena, ibu rumah tangga yang juga karyawan swasta ini harus pandai-pandai mengatur pengeluaran untuk belanja sebulan. Menurut Nena, harga sayur dan bahan pokok lainnya tidak bisa diturunkan lagi yang ada semakin naik padahal pendapatan tidak naik. Jalan keluarnya hanya dengan merelakan pengeluaran belanja membengkak asalkan gizi keluarga tercukupi. Kalau perlu, lanjut Nena, menekan pengeluaran yang tidak penting dan mengurangi belanja barang yang tidak perlu.
Tidak hanya ibu rumah tangga saja yang pusing dengan kenaikan harga ini. Pedagang sayur dan warung nasi pun ikut kelabakan. Bagaimana tidak, mereka harus berjualan untuk menjaga agar dapur sendiri tetap mengepul. Dan yang menjadi langganan umumnya pegawai dan karyawan kelas menengah ke bawah yang uangnya juga pas-pasan. Hal itulah yang dialami Made Suparmi, penjual sayur mayur dan kebutuhan pokok, dengan naiknya harga barang maka harus jeli dalam memilih barang dan seberapa banyak sayur dan lauk mentah yang harus dijualnya. Untuk meminimalisir kerugian, macam barang yang dijual tetap sama hanya dikurangi jumlahnya. Karena menurut Suparmi, konsumen juga mengurangi pembeliannya bahkan tak jarang mengganti lauk daging atau ikan menjadi telur, tempe tahu atau ikan teri.
Untuk tempe dan tahu yang semula menjadi primadona kini mulai ditinggalkan karena harganya yang ikut naik. Produsen tahu dan tempe pun ikut mengakali agar produksinya tetap jalan, yaitu dengan ukuran tetap tapi harga naik atau ukuran diperkecil dengan harga tetap sama. “Tapi uniknya, kalau harga semua naik konsumen jadi semakin sering belanja dan warung saya menjadi ramai. Karena pas harga barang murah mereka membeli sekaligus banyak untuk persediaan dan tiga hari lagi baru kembali belanja,” terang Suparmi yang telah berjualan sejak tahun 1980 ini penuh semangat. (Heni Kurniawati & Wyn Nita)


Tabel harga sembako di Pasar Sanglah

No Nama produk Harga lama (per kg) Harga kini (per kg)
1 Beras Rp. 5.500 Rp. 6000
2 Minyak Goreng Rp. 7.500 Rp. 10.000
3 Gula Rp. 6000 Rp. 6.300
4 Telur Rp. 6.50/biji Rp. 700/biji
5 Tepung Rp. 6000 Rp. 7000
6 Kedelai Rp. 7000 Rp. 12.000
7 Bawang Merah Rp. 8000 Rp. 8000
8 Daging Super Rp. 48.000 Rp. 50.0000
9 Minyak Tanah Rp. 3000/liter Rp. 3000/liter
Thanks for reading Harga Bawang Dan Mitan Masih Stabil

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar