Penjualan dendeng, daging sapi yang dipotong tipis dan diberi bumbu, yang merupakan buatan Tasikmalaya mampu menembus pasar mancanegara.
Pembuat dan penjual daging Dendeng, di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya, Rukmana (45), kepada ANTARA, mengaku penjualan dendeng buatannya sudah menembus pasar di Jepang, Malaysia, dan Arab Saudi.
"Banyak yang pesan dendeng ke sini untuk dikirim ke sana, tapi penjualan masih sebatas kepada orang yang saya kenal atau teman dan sanak saudara yang warga Tasikmalaya yang tinggal di daerah tersebut dan hampir setiap bulan meminta untuk dikirim dendeng," katanya.
Terkadang, katanya, ketika sedang pulang ke Tasikmalaya, maka ketika kembali lagi selalu membawa dendeng untuk dijadikan lauk pauk.
Menurut dia, dendeng di Tasikmalaya terjamin kehalalannya, dan cita rasa yang lezat khas Indonesia bila dibandingkan dendeng yang dijual di negara setempat.
Bahkan, kata orang asli negara tersebut ketika mencicipi dendeng buatan Indonesia atau buatan Tasikmalaya menilai rasanya sangat lezat dengan bumbu-bumbu yang memiliki cita rasa berbeda.
Namun, ia mengeluhkan jasa pengiriman dendeng ke luar negeri yang cukup mahal tarifnya, apalagi untuk memasarkan dendeng ke luar negeri itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. "Ya, kami sampai sekarang belum bisa menjual dendeng yang cukup banyak ke luar negeri karena ongkos kirim yang mahal," katanya.
Ia berharap pemerintah bisa membantu untuk memasarkan dendeng buatan Tasikmalaya agar bisa dijual di pasar luar negeri, karena selama ini banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri dan bahkan orang asli negara itu yang menikmati dendeng buatan Indonesia.
Dendeng yang dijual Rukmana seharga Rp 180.000 per kilogram dengan tingkat penjualan setiap hari mencapai tiga hingga lima kilogram dendeng di Tasikmalaya, sedangkan di bulan Ramadan sampai hari raya Idulfitri mampu menjual dendeng sebanyak 10 kilogram per hari.
Untuk pesanan dari luar negeri dalam satu bulan mencapai sekitar lima sampai 10 kilogram dendeng. "Itu pun dibatasi karena biaya pengiriman yang mahal, tapi yang pesan minta dendeng dengan jumlah lebih dari itu," katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 173/16-30 APRIL 2009
Pembuat dan penjual daging Dendeng, di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya, Rukmana (45), kepada ANTARA, mengaku penjualan dendeng buatannya sudah menembus pasar di Jepang, Malaysia, dan Arab Saudi.
"Banyak yang pesan dendeng ke sini untuk dikirim ke sana, tapi penjualan masih sebatas kepada orang yang saya kenal atau teman dan sanak saudara yang warga Tasikmalaya yang tinggal di daerah tersebut dan hampir setiap bulan meminta untuk dikirim dendeng," katanya.
Terkadang, katanya, ketika sedang pulang ke Tasikmalaya, maka ketika kembali lagi selalu membawa dendeng untuk dijadikan lauk pauk.
Menurut dia, dendeng di Tasikmalaya terjamin kehalalannya, dan cita rasa yang lezat khas Indonesia bila dibandingkan dendeng yang dijual di negara setempat.
Bahkan, kata orang asli negara tersebut ketika mencicipi dendeng buatan Indonesia atau buatan Tasikmalaya menilai rasanya sangat lezat dengan bumbu-bumbu yang memiliki cita rasa berbeda.
Namun, ia mengeluhkan jasa pengiriman dendeng ke luar negeri yang cukup mahal tarifnya, apalagi untuk memasarkan dendeng ke luar negeri itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. "Ya, kami sampai sekarang belum bisa menjual dendeng yang cukup banyak ke luar negeri karena ongkos kirim yang mahal," katanya.
Ia berharap pemerintah bisa membantu untuk memasarkan dendeng buatan Tasikmalaya agar bisa dijual di pasar luar negeri, karena selama ini banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri dan bahkan orang asli negara itu yang menikmati dendeng buatan Indonesia.
Dendeng yang dijual Rukmana seharga Rp 180.000 per kilogram dengan tingkat penjualan setiap hari mencapai tiga hingga lima kilogram dendeng di Tasikmalaya, sedangkan di bulan Ramadan sampai hari raya Idulfitri mampu menjual dendeng sebanyak 10 kilogram per hari.
Untuk pesanan dari luar negeri dalam satu bulan mencapai sekitar lima sampai 10 kilogram dendeng. "Itu pun dibatasi karena biaya pengiriman yang mahal, tapi yang pesan minta dendeng dengan jumlah lebih dari itu," katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 173/16-30 APRIL 2009
0 komentar:
Posting Komentar