Terinspirasi kunjungan Wakil Presiden Jusuf Kalla ke Cibaduyut, seorang pengrajin Adeng Sigiarto (43) meluncurkan sekaligus memasarkan produk sepatu bermerek JK Collection Shoes.
"Terus terang nama merek ini sebagai penghargaan pengrajin Cibaduyut atas kunjungan Wapres sekaligus memberi spirit bagi pengrajin sepatu di sini," kata Adeng ketika ditemui Antara di bengkelnya di Gg Mekarsari Kelurahan Cibaduyut beberapa waktu lalu.
Peluncuran merek "JK" untuk produknya tanpa dilakukan lewat resepsi namun cukup dengan menempelkan label merek itu pada sepatu pertama yang menggunakan merek itu. Meski dilakukan dengan sederhana, namun merek sepatu JK itu diharapkan pengrajinnya bisa mendongkrak dan meningkatkan pamor produksi sepatu kulit Cibaduyut Kota Bandung yang kini tengah berupaya bangkit lagi. "Khusus merek ini kami hanya akan memproduksi 250 pasang, baik sepatu pria maupun wanita," katanya.
Meski termasuk edisi khusus, kata Adeng, harga sepatu itu tetap dijual dengan harga normal sesuai dengan harga sepatu sekelasnya di sentra produksi sepatu kulit itu.
Ia berharap, penggunaan produksi dalam negeri terus meningkat di masa mendatang dengan adanya gerakan "Cinta Produk dalam Negeri". "Komitmen Pak JK dan Pemerintah yang menghimbau penggunaan merek dalam negeri yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Bersama beberapa menteri benar-benar mengdongkrak lagi optimisme kami," kata Adeng yang mengaku selama ini mengerjakan "maklun" atau pesanan sepatu dari para pemegang merek di sana.
Saya yakin dengan komitmen pemerintah mengutamakan pemakaian produk dalam negeri akan meningkatkan kembali produksi dalam negeri dan memperkuat pasaran di dalam negeri.
"Kedepan saya berencana memproduksi khusus lainnya disesuaikan dengan momentnya. Promosi sepatu Cibaduyut harus dilakukan lebih gencar dan menarik, di samping meningkatkan kualitasnya," kata Adeng yang mempekerjakan 15 orang pegawai.
Sementara instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada berbagai kalangan untuk menggunakan produk dalam negeri, mendapat tanggapan positif dari kalangan anak muda. Hal ini terbukti dari pengakuan salah satu perusahaan sepatu dalam negeri yang mengalami peningkatan penjualan khususnya yang didesain untuk remaja dan dewasa.
"Setelah instruksi itu memang dampaknya cukup bagus, paling tidak dilihat dari penjualan produk sepatu Eagle di Indonesia pada 2008 yang sangat bagus, total terjual 1,2 juta pasang, dengan pasar utama yang kita bidik adalah konsumen usia 15 hingga 35 tahun," ujar General Manager Sales Marketing PT GF Indonesia, Bambang Triharto.
Ia menyebutkan dari total penjualan tersebut, sebanyak 800 ribu pasang sepatu merupakan hasil "whole sale", sedangkan 400 ribu pasang merupakan total penjualan dari agen yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
PT GF Indonesia adalah pemegang merek Eagle yang lisensinya dari Korea, namun secara keseluruhan dikerjakan di Indonesia.
Merek sepatu ini telah 23 tahun mengisi pasar sepatu di dalam negeri dan pada Februari lalu mendapatkan penghargaan dari Menteri Perindustrian RI, Fahmi Idris sebagai "Produk Sepatu Terbaik" untuk kategori sepatu olah raga.
"Kekuatan kami adalah kombinasi desain dan warna. Dua hal tersebut yang membuat anak muda menggemari sepatu produksi kami," katanya.
Bambang merinci dengan penjualan 1,2 juta pasang sepatu pada 2008, sebanyak 50 persen adalah sepatu yang umumnya digemari anak muda, yakni sneaker dan sepatu kanvas, sepatu lari (running shoes), sepatu sepak bola, futsal, dan sandal.
"Sedangkan 50 persen lagi adalah sepatu badminton," ujarnya menambahkan.
Bambang mengungkapkan untuk mencapai target 1,5 juta pasang sepatu pada 2009, berbagai upaya dilakukan antara lain mendukung jemput bola ke sejumlah sekolah dan universitas, membuka gerai di supermarket, menambah jumlah agen di daerah, dan mendukung berbagai kegiatan olahraga yang bertaraf nasional dan internasional.
KORAN PAK OLES/EDISI 173/16-30 APRIL 2009
"Terus terang nama merek ini sebagai penghargaan pengrajin Cibaduyut atas kunjungan Wapres sekaligus memberi spirit bagi pengrajin sepatu di sini," kata Adeng ketika ditemui Antara di bengkelnya di Gg Mekarsari Kelurahan Cibaduyut beberapa waktu lalu.
Peluncuran merek "JK" untuk produknya tanpa dilakukan lewat resepsi namun cukup dengan menempelkan label merek itu pada sepatu pertama yang menggunakan merek itu. Meski dilakukan dengan sederhana, namun merek sepatu JK itu diharapkan pengrajinnya bisa mendongkrak dan meningkatkan pamor produksi sepatu kulit Cibaduyut Kota Bandung yang kini tengah berupaya bangkit lagi. "Khusus merek ini kami hanya akan memproduksi 250 pasang, baik sepatu pria maupun wanita," katanya.
Meski termasuk edisi khusus, kata Adeng, harga sepatu itu tetap dijual dengan harga normal sesuai dengan harga sepatu sekelasnya di sentra produksi sepatu kulit itu.
Ia berharap, penggunaan produksi dalam negeri terus meningkat di masa mendatang dengan adanya gerakan "Cinta Produk dalam Negeri". "Komitmen Pak JK dan Pemerintah yang menghimbau penggunaan merek dalam negeri yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Bersama beberapa menteri benar-benar mengdongkrak lagi optimisme kami," kata Adeng yang mengaku selama ini mengerjakan "maklun" atau pesanan sepatu dari para pemegang merek di sana.
Saya yakin dengan komitmen pemerintah mengutamakan pemakaian produk dalam negeri akan meningkatkan kembali produksi dalam negeri dan memperkuat pasaran di dalam negeri.
"Kedepan saya berencana memproduksi khusus lainnya disesuaikan dengan momentnya. Promosi sepatu Cibaduyut harus dilakukan lebih gencar dan menarik, di samping meningkatkan kualitasnya," kata Adeng yang mempekerjakan 15 orang pegawai.
Sementara instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada berbagai kalangan untuk menggunakan produk dalam negeri, mendapat tanggapan positif dari kalangan anak muda. Hal ini terbukti dari pengakuan salah satu perusahaan sepatu dalam negeri yang mengalami peningkatan penjualan khususnya yang didesain untuk remaja dan dewasa.
"Setelah instruksi itu memang dampaknya cukup bagus, paling tidak dilihat dari penjualan produk sepatu Eagle di Indonesia pada 2008 yang sangat bagus, total terjual 1,2 juta pasang, dengan pasar utama yang kita bidik adalah konsumen usia 15 hingga 35 tahun," ujar General Manager Sales Marketing PT GF Indonesia, Bambang Triharto.
Ia menyebutkan dari total penjualan tersebut, sebanyak 800 ribu pasang sepatu merupakan hasil "whole sale", sedangkan 400 ribu pasang merupakan total penjualan dari agen yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
PT GF Indonesia adalah pemegang merek Eagle yang lisensinya dari Korea, namun secara keseluruhan dikerjakan di Indonesia.
Merek sepatu ini telah 23 tahun mengisi pasar sepatu di dalam negeri dan pada Februari lalu mendapatkan penghargaan dari Menteri Perindustrian RI, Fahmi Idris sebagai "Produk Sepatu Terbaik" untuk kategori sepatu olah raga.
"Kekuatan kami adalah kombinasi desain dan warna. Dua hal tersebut yang membuat anak muda menggemari sepatu produksi kami," katanya.
Bambang merinci dengan penjualan 1,2 juta pasang sepatu pada 2008, sebanyak 50 persen adalah sepatu yang umumnya digemari anak muda, yakni sneaker dan sepatu kanvas, sepatu lari (running shoes), sepatu sepak bola, futsal, dan sandal.
"Sedangkan 50 persen lagi adalah sepatu badminton," ujarnya menambahkan.
Bambang mengungkapkan untuk mencapai target 1,5 juta pasang sepatu pada 2009, berbagai upaya dilakukan antara lain mendukung jemput bola ke sejumlah sekolah dan universitas, membuka gerai di supermarket, menambah jumlah agen di daerah, dan mendukung berbagai kegiatan olahraga yang bertaraf nasional dan internasional.
KORAN PAK OLES/EDISI 173/16-30 APRIL 2009
0 komentar:
Posting Komentar