Home » » Strategi Meredam Hujan Asam Di Kota Besar

Strategi Meredam Hujan Asam Di Kota Besar

LENTERA
Oleh: Haris Suharjono*
Seorang peneliti dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Yunus S Swarinoto, mengatakan, tingkat keasaman air hujan di Jakarta semakin tinggi dari tahun ke tahun, bahkan pH-nya kini sudah mencapai 4,20. Itu sudah berada jauh di bawah pH = 5,6 sebagai ambang batas toleransi keasaman air hujan. Artinya, peluang kerusakan pada bangunan, bodi kendaraan, kehidupan biota laut, sungai dan danau/situ di ibukota Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor, menjadi semakin besar. Tingginya tingkat keasaman hujan tersebut disebabkan oleh kian meningkatnya polusi udara di Jakarta.
Hal itu sempat saya saksikan ketika beberapa waktu lalu dalam perjalanan naik Japan Airlines dari Tokyo dan mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Pesawat Japan Airlines yang saya tumpangi kebetulan mendarat siang hari, dan dari balik jendela bisa saya amati kotornya skyline Jakarta. Dari ketinggian pesawat dapat disaksikan hamparan luas gumpulan asap coklat tebal di awang-awang Ibukota. Lebih mengenaskan lagi, begitu pesawat mendarat, kami sekeluarga dan mobil jemputan pribadi terjebak banjir akibat hujan lebat yang lama mengguyur wilayah Jabodetabek.
Cukup banyak kota besar di dunia ini yang terkena bencana hujan asam. Bahkan kota-kota besar yang dulu terkenal udaranya murni pun (misalnya Buenos Aires, Denver, Madrid), masih dikepung udara yang sangat tercemar. Celakanya, hal ini juga ikut menambah jumlah warganya yang berobat ke rumah sakit. Padahal, itu tidak perlu terjadi, sebab tak sedikit kota besar di negara-negara dari berbagai belahan dunia yang menerapkan strategi baru dan mampu mengatasi masalah polusi udara yang memusingkan ini.
Hujan asam disebabkan oleh sulfur (dari bahan bakar fosil), karbon dan nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen lalu membentuk SOx, CO2 dan NOx. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air, lalu membentuk asam sulfit dan asam nitrit yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Ketika pH-nya semakin turun di bawah 5,6 maka akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan.
Usaha-usaha untuk mengatasi hujan asam harus semakin digalakkan. Harapan ini kini peluangnya semakin besar. Situs resmi hadiah Nobel menyebutkan, panitia hadiah Nobel di Stockholm, Swedia (10/10-07), menganugerahkan penghargaan prestisius itu untuk Gerhard Ertl atas hasil risetnya terhadap proses kimiawi pada permukaan lapisan padat. Menurut Ertl, itu bermanfaat bagi pengembangan sistem pembersihan emisi gas karbon dari mobil/motor dan mencegah pengkaratan pada bangunan maupun kendaraan.
Kebijakan transportasi
Udara Jakarta semakin kotor karena kian banyak knalpot kendaraan yang mengeluarkan gas beracun seperti karbon monoksida dan timbal. Sekitar 80% pencemaran udara di Ibukota kita berasal dari sektor transportasi. Maka pihak berwajib harus benar-benar selektif dalam pemberian izin transportasi, giat dalam penerapan/sosialisasi program langit biru, peningkatan transportasi massal, mengurangi kemacetan terutama pada lalu lintas tanjakan, dan disiplin dalam pengujian kendaraan bermotor.
Kebijakan transportasi meliputi pengembangan standar emisi dan kebisingan kendaraan bermotor sesuai perkembangan teknologi, pengadaan bahan bakar bersih (bensin tanpa timbal, solar berkadar sulfur rendah, bahan bakar alternatif/BBG), pengembangan kapasitas daerah, partisipasi masyarakat melalui pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor, manajemen transportasi, serta mendorong peralihan transportasi ke arah angkutan massal. Selain bus, perlu segera dikembangkan transportasi massal dengan monorail, sehingga pembangunan monorail di Jakarta mestinya dipercepat.
Di samping itu, harus ada ketegasan dan konsistensi kebijakan transportasi terpadu dengan meningkatkan efisiensi penggunaan kendaraan bermotor. Yakni melalui instrumen insentif dan disinsentif. Dalam hal ini masyarakat dimotivasi agar sedapat mungkin berjalan kaki untuk perjalanan sampai 1 km, bersepeda untuk perjalanan sejauh 10 km dan naik mobil untuk perjalanan lebih dari 10 km.
Instrumen insentif berupa trotoar yang memadai, jalur sepeda yang aman, nyaman dan kemudahan menyeberang jalan. Juga bus umum yang aman, nyaman, tepat waktu dan dengan interkoneksi antara rute bus yang baik. Disinsentifnya yaitu melarang parkir di tepi jalan, dan hanya boleh parkir di tempat yang disediakan pertokoan, mal, kantor, dan parkir umum.
Pengurangan atau pembatasan kendaraan bermotor tentu berdampak pada berkurangnya kemacetan lalu-lintas. Baik instrumen insentif maupun disinsentif akan banyak mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Ini dampaknya cukup besar dalam menurunkan tingkat pencemaran udara.
Gas beracun dari asap knalpot kendaraan sebenarnya bisa diserap dengan baik oleh zeolite molecular siever (ZMS). Tapi knalpot kendaraannya harus dirancang secara khusus. Selain mudah dibongkar pasang untuk penggantian ZMS-nya, juga tidak akan mengurangi kecepatan kendaraan.
Daya tarik kota Jakarta bisa pula ditingkatkan dengan membangun daerah belanja bebas kendaraan bermotor. Boleh kita contoh seperti di Swedia, Jerman dan Prancis, sebab adanya daerah belanja bebas kendaraan bermotor di sana ternyata dapat meningkatkan bisnis dengan rata-rata 60-70%. Pariwisata pun menjadi terpacu.
Menanggulangi asap pabrik
Masalah utama terkait penggunaan bahan bakar fosil, batubara misalnya, adalah lepasnya gas-gas polutan penyebab hujan asam, seperti CO2, NOx dan SOx. Meski kebanyakan pusat tenaga listrik berbahan bakar batubara memakai alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun SOx yang merupakan senyawa gas, bebas naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Seperti di kota-kota besar lainnya, di Jakarta pun hampir semua model cerobong asap pabrik telah mengakibatkan gas buangnya semakin memperparah polusi udara. Selama ini cerobong asap pabrik dibangun menjulang tinggi ke langit (vertikal) dengan harapan gas buangnya akan beterbangan ke angkasa. Padahal, gas buang tersebut akan terbawa lagi ke bumi ketika terjadi hujan, bahkan menjadi hujan asam. Agar gas buang dari cerobong asap pabrik tidak turun bersama air hujan, maka cerobong asap seharusnya tidak lagi dibangun vertikal tetapi horisontal. Gas buang dari cerobong asap yang dibangun horizontal dapat dialirkan ke bangunan bak air, sebab semua gas akan mudah larut dalam air. Setelah larut, debu halus asap akan mudah dipisahkan. Sedangkan airnya yang asam, dapat dinetralkan melalui media treated natural zeolite (TNZ) yang sekaligus mampu menyerap logam-logam berat beserta sisa-sisa racunnya.
*) Pemerhati masalah lingkungan perkotaan, alumnus Institut Teknologi Bandung, tinggal di Bekasi.
Thanks for reading Strategi Meredam Hujan Asam Di Kota Besar

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar