Apa hubungan bermain dengan kepintaran? Bermain itu adalah suatu seni mengelola kreatifitas, menjadi kebebasan yang menantang, menyegarkan dan memberikan semangat baru untuk bekerja. Dalam peribahasa Jepang dikatakan bahwa belajar adalah bermain, bekerja adalah bermain, bahkan hidup itu sendiri dikatakan sebuah permainan. Bukan berarti mereka menyepelekan kerja, belajar dan hidup sehingga boleh main-main. Artinya, untuk serius, jangan terlalu serius. Kita perlu bermain untuk berhasil.
Lim, pengusaha kelas kakap bertanya tentang bisnis kepada rekannya John yang juga pengusaha kelas kakap di sebuah kafe. “Hai, John..! Lama tidak ketemu, kamu sekarang lagi main apa? Si John dengan enteng menjawab sambil menghembuskan rokoknya, “tahun ini aku ada hoki, lagi main kavling tanah di Bali. Prospeknya bagus untuk ruko atau vila. Kalau lu ada duit nganggur, boleh main sama-sama. Gua jaminlah ada untung”. Si Lim menggeleng sambil tersenyum kecut menjawab, memang sial tahun ini, gua rugi berat karena main udang, harganya lagi jeblok. Tapi gua akan terus main udang. Gua dapat beli tambak baru dari pemain lama yang bangkrut”.
Istilah pemain lebih tinggi levelnya daripada pekerja dan pebisnis. Pekerja berarti orang yang bekerja. Bekerja berarti melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Pebisnis baru tahap menjalankan bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Pemain berarti memainkan dan menikmati bisnis sebagai sebuah permainan, yang tujuannya bukan hanya untung, tapi kenikmatan bermain bisnis. Pemain berarti bermain sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Hasil yang diinginkan sama, tapi cara yang dilakukan berbeda, yaitu dengan cara bekerja atau bermain. Kalau kita mengetahui perbedaannya, maka tentu saja kita memilih bermain sambil menghasilkan daripada bekerja untuk menghasilkan. Karena bermain tidak pernah capek kecuali bosan. Sedangkan bekerja pasti capek apalagi ditambah bosan. Pemain berarti sudah berpengalaman, memiliki strategi, sudah sering kalah dan juga sering menang, mengetahui lawan dan kawan, serta memiliki jaringan yang luas. Sebaliknya pekerja baru sebatas bekerja untuk sesuatu. Oleh karena itu istilah pemain dalam hal-hal negatif sering mendapat perhatian yang lebih serius, karena memang tidak main-main, misalnya pemain narkoba (bandar kakap narkoba), pemain judi (bandar judi), pemain politik (calo politik atau aktor di belakang layar)
Donald Trump dalam bukunya Trump Bagaimana Menjadi Lebih Kaya mengatakan bahwa salah satu kiatnya menjadi kaya adalah dengan bermain, yaitu bermain golf. “Hal ini sangat membantu untuk santai dan fokus. Dapat mengalihkan pikiran dari semua masalah; saya hanya perlu memikirkan bagaimana memasukkan bola ke dalam lubang. Dan ironisnya, saya menghasilkan banyak uang dari lapangan golf, mendapatkan koneksi dan kesepakatan bisnis dan inspirasi”. Hebatnya lagi Trump telah berhasil menjual lapangan golf melalui klub anggota dengan harga tinggi dan bergengsi. Dia asyik bermain golf sambil panen duit dan dikelilingi cewek cantik.
Stephen Covey dalam bukunya The 8’th Habits Melampaui Efektifitas Menggapai Keagungan mengatakan bahwa untuk menjadi lebih efektif, kita harus bermain, melakukan kebiasaan berolah-raga sekalipun hanya dua-tiga jam per minggu, akan memberikan hasil yang sangat memuaskan, menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru, mematahkan kebiasaan-kebiasaan lama, memberikan pengaruh yang luar biasa besarnya, sehingga mempengaruhi hubungan mereka dengan semua orang. Kebiasaan-kebiasaan baru itu mempengaruhi energi , ketajaman mental, pembelajaran dan perasaan penguasaan diri mereka. Tujuan dari bermain dalam berolah raga itu adalah relaksasi, sosialisasi, transformasi energi, dan peningkatan kreatifitas. Bermain itu harus ada fungsi sosialisasi, karena manusia akan menjadi lebih pintar jika bermain dengan manusia, bukan dengan binatang atau benda mati. Kepintaran berarti meningkatkan rasa empati, yaitu mengerti perasaan orang lain. Bagaimana rasanya kalah, bagaimana rasanya sakit, dan berbagai rasa perasaan orang lain yang seharusnya kita tahu melalui sosialisasi.
Kalau kita hanya bermain dengan binatang (misalnya dengan anjing) atau dengan benda (misalnya komputer) secara perlahan-lahan akan mematikan rasa empati, yaitu kita akan semakin tidak mengerti dengan perasaan orang lain. Bahkan kita bisa menjadi tidak mengerti dengan perasaan kita sendiri. Mungkin kita bisa menjadi makhluk aneh di lingkungan kita sendiri. Kita akan menjadi makhluk kesepian di tengah kebisingan ilmu, teknologi dan informasi. Dengan semakin majunya tingkat ilmu, teknologi dan komunikasi, banyak orang-orang muda di Jepang bisa hidup sendiri selama berhari-hari di apartemennya, berteman dengan komputer, telepon genggam dan televisi. Kalau ingin makan tinggal telpon, kalau ingin pijat atau seks bisa juga dipanggil “tukangnya” dengan menelpon. Kalau ingin tertawa bisa nonton TV komedi. Kalau ingin bermain tinggal pencet komputer. Kalau ingin keluar mencari informasi tinggal pencet internet atau TV. Lama-kelamaan orang-orang seperti ini terbiasa mandiri, yaitu semuanya dikerjakan sendiri, termasuk tertawa sendiri, nangis sendiri, bicara sendiri, dan ngeseks juga sendiri. Mereka menjadi orang yang takut ketemu orang, susah berkomunikasi, egois dan stres. Banyak orang-orang seperti ini memiliki keinginan bunuh diri. Bahkan banyak ada anggota klub bunuh diri yang mengajak membernya untuk bunuh diri bersama-sama di suatu tempat melalui internet
Jadi, bermain itu penting dan perlu. Tujuan bermain adalah untuk relaksasi bukan untuk menegangkan atau menambah ketegangan urat syaraf. Bermain yang ditambah dengan judi justru membikin kita semakin stres. Orang yang jarang bermain terlihat terlalu serius menghadapi hidup. Kita harus banyak belajar dari petani untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Walaupun dia bekerja siang dan malam dengan kerja keras, tapi dia tetap menyisihkan waktunya untuk bermain layang-layang, memelihara ayam hias, bermain gasing, menari dan menyanyi tarian dan lagu daerah, mengadu jangkrik dan mengadu domba, lomba balap sapi dan kuda, berlomba menangkap belut, dan mancing, tergantung daerah, adat dan budayanya. Mereka bermain untuk mendapatkan energi kreatifitas yang lebih tinggi untuk menghadapi hidup. Mereka bermain untuk melupakan kepenatan dan kemonotonan hidup. Mereka bersosialisasi, bertukar informasi dan bertenggang rasa, saling tolong-menolong dan bergotong royong, dengan bermain dan bekerja. Di dalam bekerja mereka bermain, dan di dalam bermain mereka meningkatkan semangat kerja.
Kalau kita merasakan diri kita mudah stres, lemas atau marah pada diri sendiri dan orang lain, mungkin kita kurang bermain. Pergilah berenang ke laut, ikut perkumpulan olah raga, ikut lomba mancing, lomba tertawa, lomba berpidato, lomba berteriak, lomba makan kerupuk, lomba tubuh gendut, lomba tubuh gempal, sampai lomba berpakaian bencong atau lomba makan terasi bila ada. Pokoknya ikuti aja dan nikmati. Kita sebagai orang dewasa penting mengikuti tingkah laku anak kecil, untuk terus belajar sambil bermain, menganggap setiap momen adalah menarik untuk dilirik. Dengan bermain, kita tidak main-main menghadapi hidup.
KPO/EDISI 139/2007
0 komentar:
Posting Komentar