Nasib tergantung pilihan hidup yang kita jalani. Kita diberikan kebebasan untuk menentukan mau ke mana kita melangkah, secara perlahan-lahan, tersendat-sendat, cepat, atau berhenti dan berbalik arah sekalipun, semuanya tergantung kita. Kemampuan menentukan pilihan itu adalah kekuatan sikap, yaitu sikap kita menentukan pilihan, yang dalam jangka panjang akan menentukan nasib kita, mau ke mana kita menuju dan akan menjadi apa kita nantinya. Jangan remehkan akibat dari perbuatan-perbuatan kecil, jangan anggap enteng kekuatan sikap menentukan pilihan, karena hasilnya dalam jangka panjang akan menentukan nasib kita.
Menjalani hidup ibarat masuk loket di stasiun kereta yang penuh dengan tawaran tujuan perjalanan dan harga yang sesuai dengan tujuan. Kita juga harus hati-hati dan waspada dengan orang lain dan lingkungan, karena di sana banyak calo, copet, pengemis, PSK, germo dan preman. Kalau kita tidak hati-hati, mungkin uang kita habis untuk membeli sesuatu yang tidak perlu, dompet raib dari kantong karena dicopet, atau malah duit diporotin lantaran singgah ke komplek pelacuran sebentar untuk menyalurkan hasrat, bisa juga badan menjadi babak belur karena berurusan dengan preman dan polisi, kemudian kita sadar diri dan bergegas beli tiket langsung lari naik kereta yang kita tidak tahu tujuannya entah ke mana.
Perjalanan hidup yang kita lalui setiap hari merupakan investasi yang bisa bermanfaat di kemudian hari, atau bisa juga mendatangkan mudarat, tergantung dari bagaimana kita memanfaatkannya. Kita sama-sama diberikan kebebasan mengatur waktu 24 jam sehari yang diberikan oleh Tuhan. Tentu saja hasilnya secara akumulasi akan berbeda pada masing-masing orang. Semuanya itu tergantung dari pilihan yang dilakukan dan ketekunan mewujudkan pilihannya. Dari bangun pagi sampai mata terpejam kita sudah dihadapi dengan beraneka pilihan untuk mengatur waktu kita dalam bidang kehidupan dan pekerjaan. Sekalipun kita tidak mau mengambil risiko dari berbagai macam pilihan hidup untuk tetap apatis dan tidur mendengkur cuek dengan segala hal, maka itupun merupakan sebuah pilihan yang akan menentukan dimana kita berada nanti.
Dogler menyandang gelar mahasiswa abadi di universitasnya. Dia telah berhasil menjadi kutu loncat dari beberapa universitas. Apa yang dia cari bukanlah ilmu, tapi status mahasiswa yang secara diam-diam masih dihalalkan menjadi pengangguran oleh orang tuanya, ataupun tetangga. Hidupnya tidak teratur serupa dengan kamar kosnya yang berantakan. Pekerjaan kesayangannya adalah keluar masuk warung internet mengunjungi situs porno. Setelah tiga kali hampir drop out, dia bisa diselamatkan dengan rajin membayar uang kuliah. Di tahun paceklik, karena kebutuhan hidup yang mendesak dan amburadul, uang kuliah yang diterima dari orang tuanya tidak dibayarkan. Akhirnya dia menyerah dan meletakkan gelar mahasiswa abadi kesayangan. Tentu saja orang tuanya kaget bagai disengat kalajengking, karena anaknya yang dulu pintar dan ceria berubah menjadi pendiam, pemarah, pemalas. Hasil yang dicapai sekarang adalah akibat pilihannya menjalani hidup.
Kancrung hidupnya morat-marit, walaupun gelar Sarjana Hukum sudah disandang di belakang nama. Karena lebih banyak pekerjaannya menganggur daripada mengojek, dia lebih fokus bekerja di bidang sabung ayam, yaitu menjual ayam aduan sekaligus menjadikan uangnya sebagai taruhan, menyewakan taji dan menjadi preman kecil-kecilan. Dia hidup di desa. Namanya dikenal sebagai tukang judi, tukang selingkuh dan pemabuk. Tanah waris dari orang tuanya sudah habis dilego. Dua puluh tahun kemudian dia masih tinggal di desa, dengan badan yang renta, hidup miskin dan keempat istrinya telah minggat dengan membawa semua anaknya entah kemana.
Joko teman kos kancrung sewaktu kuliah nasibnya lain, walaupun sama-sama menyandang gelar Sarjana Hukum. Dia hidup nikmat di kota, dengan kehidupan serba megah. Dia meniti karirnya dari nol, sampai akhirnya menjadi notaris terkenal di kotanya. Sewaktu kuliah, Joko bekerja sebagai tukang sapu dan tukang antar surat di kantor notaris. Setelah tamat dia bekerja sebagai tukang ketik dan asisten pribadi notaris di kantor yang sama. Cita-citanya ingin menjadi notaris. Dengan berbekal kegigihan, semangat dan kerja keras, cita-citanya berhasil diwujudkan. Dua puluh tahun kemudian dia tampil sebagai notaris sukses di kotanya.
Banyak cerita sukses dan gagal mengiringi perjalanan seseorang, semuanya penuh liku, tawa, tangis, sedih dan gembira, yang pada akhirnya mengantarkan seseorang pada keadaannya sekarang. Mereka yang bekerja keras dan hidup hemat berakhir dalam kondisi yang menggembirakan. Sebaliknya mereka yang bekerja malas dan hidup boros berakhir dalam kondisi yang menyedihkan. Kita mungkin terkejut melihat keadaan seseorang seperti keadaan sekarang ini, karena kita hanya melihat sepenggal kecil dari perjalanan hidupnya. Kalau kita melihat secara keseluruhan, semuanya itu tidak ada yang mengejutkan, bahwa proseslah yang mengantarkan seseorang sampai pada keadaan sekarang.
Jika kita melihat seseorang yang berhasil, pastilah semuanya itu diusahakan dengan kerja keras, pantang menyerah. Jika kita melihat seseorang yang gagal dan jatuh pada titik nadir, pastilah semuanya itu diusahakan dengan kerja asal-asalan dengan mental memble. Seorang pemimpin bisa jatuh dan semakin terpuruk jika ada masalah dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Sebaliknya seorang pemimpin juga bisa semakin matang jika ada masalah dan bisa menyelesaikan masalahnya bahkan sampai menjadi ahli karena suatu masalah. Pemimpin yang gagal dan berhasil itu tergantung bagaimana menyikapi keadaannya, dan bagaimana merubah keadaannya menjadi lebih baik.
Kebanyakan orang gagal karena bermasalah dengan keuangan. Seorang pekerja yang telah diangkat ke posisi yang lebih tinggi sebenarnya sedang diuji kepemimpinannya dalam mengelola uang, orang dan waktu. Jika salah satu cara mengelola tersebut gagal, maka dia tidak akan berhasil menjadi pemimpin. Khusus dalam kemampuan pemimpin dalam mengelola uang, Billy Graham mengatakan bahwa, “kalau sikap seseorang terhadap uang itu lurus, itu akan membantu meluruskan hampir segala bidang lainnya dalam kehidupannya.” Kebanyakan dari kita gagal di sana, yaitu menjadi miskin setelah mengelola uang.
Jadi, hari ini sangat penting untuk bisa menentukan ke mana kita melangkah dengan pasti. Jangan pernah kehilangan tujuan dan komitmen. Jangan pernah lalai dengan prestasi, karena semua bisa berubah akibat keputusan hari ini. Kalau pikiran bingung dan linglung, mungkin kita sudah salah mengambil keputusan masuk ke gerbong kereta yang kita tidak tahu tujuannya, atau mungkin kita telah terseret arus asal ikut menikmati kesenangan sesaat, dengan mengorbankan masa depan. Setelah itu baru kita sadar, karena telah sampai pada terminal yang berlainan.
KPO/EDISI 138/2007
Menjalani hidup ibarat masuk loket di stasiun kereta yang penuh dengan tawaran tujuan perjalanan dan harga yang sesuai dengan tujuan. Kita juga harus hati-hati dan waspada dengan orang lain dan lingkungan, karena di sana banyak calo, copet, pengemis, PSK, germo dan preman. Kalau kita tidak hati-hati, mungkin uang kita habis untuk membeli sesuatu yang tidak perlu, dompet raib dari kantong karena dicopet, atau malah duit diporotin lantaran singgah ke komplek pelacuran sebentar untuk menyalurkan hasrat, bisa juga badan menjadi babak belur karena berurusan dengan preman dan polisi, kemudian kita sadar diri dan bergegas beli tiket langsung lari naik kereta yang kita tidak tahu tujuannya entah ke mana.
Perjalanan hidup yang kita lalui setiap hari merupakan investasi yang bisa bermanfaat di kemudian hari, atau bisa juga mendatangkan mudarat, tergantung dari bagaimana kita memanfaatkannya. Kita sama-sama diberikan kebebasan mengatur waktu 24 jam sehari yang diberikan oleh Tuhan. Tentu saja hasilnya secara akumulasi akan berbeda pada masing-masing orang. Semuanya itu tergantung dari pilihan yang dilakukan dan ketekunan mewujudkan pilihannya. Dari bangun pagi sampai mata terpejam kita sudah dihadapi dengan beraneka pilihan untuk mengatur waktu kita dalam bidang kehidupan dan pekerjaan. Sekalipun kita tidak mau mengambil risiko dari berbagai macam pilihan hidup untuk tetap apatis dan tidur mendengkur cuek dengan segala hal, maka itupun merupakan sebuah pilihan yang akan menentukan dimana kita berada nanti.
Dogler menyandang gelar mahasiswa abadi di universitasnya. Dia telah berhasil menjadi kutu loncat dari beberapa universitas. Apa yang dia cari bukanlah ilmu, tapi status mahasiswa yang secara diam-diam masih dihalalkan menjadi pengangguran oleh orang tuanya, ataupun tetangga. Hidupnya tidak teratur serupa dengan kamar kosnya yang berantakan. Pekerjaan kesayangannya adalah keluar masuk warung internet mengunjungi situs porno. Setelah tiga kali hampir drop out, dia bisa diselamatkan dengan rajin membayar uang kuliah. Di tahun paceklik, karena kebutuhan hidup yang mendesak dan amburadul, uang kuliah yang diterima dari orang tuanya tidak dibayarkan. Akhirnya dia menyerah dan meletakkan gelar mahasiswa abadi kesayangan. Tentu saja orang tuanya kaget bagai disengat kalajengking, karena anaknya yang dulu pintar dan ceria berubah menjadi pendiam, pemarah, pemalas. Hasil yang dicapai sekarang adalah akibat pilihannya menjalani hidup.
Kancrung hidupnya morat-marit, walaupun gelar Sarjana Hukum sudah disandang di belakang nama. Karena lebih banyak pekerjaannya menganggur daripada mengojek, dia lebih fokus bekerja di bidang sabung ayam, yaitu menjual ayam aduan sekaligus menjadikan uangnya sebagai taruhan, menyewakan taji dan menjadi preman kecil-kecilan. Dia hidup di desa. Namanya dikenal sebagai tukang judi, tukang selingkuh dan pemabuk. Tanah waris dari orang tuanya sudah habis dilego. Dua puluh tahun kemudian dia masih tinggal di desa, dengan badan yang renta, hidup miskin dan keempat istrinya telah minggat dengan membawa semua anaknya entah kemana.
Joko teman kos kancrung sewaktu kuliah nasibnya lain, walaupun sama-sama menyandang gelar Sarjana Hukum. Dia hidup nikmat di kota, dengan kehidupan serba megah. Dia meniti karirnya dari nol, sampai akhirnya menjadi notaris terkenal di kotanya. Sewaktu kuliah, Joko bekerja sebagai tukang sapu dan tukang antar surat di kantor notaris. Setelah tamat dia bekerja sebagai tukang ketik dan asisten pribadi notaris di kantor yang sama. Cita-citanya ingin menjadi notaris. Dengan berbekal kegigihan, semangat dan kerja keras, cita-citanya berhasil diwujudkan. Dua puluh tahun kemudian dia tampil sebagai notaris sukses di kotanya.
Banyak cerita sukses dan gagal mengiringi perjalanan seseorang, semuanya penuh liku, tawa, tangis, sedih dan gembira, yang pada akhirnya mengantarkan seseorang pada keadaannya sekarang. Mereka yang bekerja keras dan hidup hemat berakhir dalam kondisi yang menggembirakan. Sebaliknya mereka yang bekerja malas dan hidup boros berakhir dalam kondisi yang menyedihkan. Kita mungkin terkejut melihat keadaan seseorang seperti keadaan sekarang ini, karena kita hanya melihat sepenggal kecil dari perjalanan hidupnya. Kalau kita melihat secara keseluruhan, semuanya itu tidak ada yang mengejutkan, bahwa proseslah yang mengantarkan seseorang sampai pada keadaan sekarang.
Jika kita melihat seseorang yang berhasil, pastilah semuanya itu diusahakan dengan kerja keras, pantang menyerah. Jika kita melihat seseorang yang gagal dan jatuh pada titik nadir, pastilah semuanya itu diusahakan dengan kerja asal-asalan dengan mental memble. Seorang pemimpin bisa jatuh dan semakin terpuruk jika ada masalah dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Sebaliknya seorang pemimpin juga bisa semakin matang jika ada masalah dan bisa menyelesaikan masalahnya bahkan sampai menjadi ahli karena suatu masalah. Pemimpin yang gagal dan berhasil itu tergantung bagaimana menyikapi keadaannya, dan bagaimana merubah keadaannya menjadi lebih baik.
Kebanyakan orang gagal karena bermasalah dengan keuangan. Seorang pekerja yang telah diangkat ke posisi yang lebih tinggi sebenarnya sedang diuji kepemimpinannya dalam mengelola uang, orang dan waktu. Jika salah satu cara mengelola tersebut gagal, maka dia tidak akan berhasil menjadi pemimpin. Khusus dalam kemampuan pemimpin dalam mengelola uang, Billy Graham mengatakan bahwa, “kalau sikap seseorang terhadap uang itu lurus, itu akan membantu meluruskan hampir segala bidang lainnya dalam kehidupannya.” Kebanyakan dari kita gagal di sana, yaitu menjadi miskin setelah mengelola uang.
Jadi, hari ini sangat penting untuk bisa menentukan ke mana kita melangkah dengan pasti. Jangan pernah kehilangan tujuan dan komitmen. Jangan pernah lalai dengan prestasi, karena semua bisa berubah akibat keputusan hari ini. Kalau pikiran bingung dan linglung, mungkin kita sudah salah mengambil keputusan masuk ke gerbong kereta yang kita tidak tahu tujuannya, atau mungkin kita telah terseret arus asal ikut menikmati kesenangan sesaat, dengan mengorbankan masa depan. Setelah itu baru kita sadar, karena telah sampai pada terminal yang berlainan.
KPO/EDISI 138/2007
0 komentar:
Posting Komentar