OLEH: WURI WIGUNANINGSIHWuri_bali@yahoo.com
Ludruk urban berbeda dengan ludruk pada umumnya. Meskipun inti atau pakem pegelaran ludruk tidak dihilangkan. Misalnya tampil tari ngremo dan dagelan. Yang sedikit berbeda adalah para pemainnya. Bila biasanya ludruk dimainkan para waria, tapi ludruk urban ini dimainkan para pemimpin pemerintahan kota Surabaya. Di antaranya adalah wakil wali kota Surabaya, Arief Afandi.
Dikatakan ludruk urban, karena bertujuan untuk membedah citra ludruk yang selama ini dikenal ndeso, masuk ke dalam masyarakat kota. Ludruk yang digelar selama dua jam menyambut tahun baru 2008 ini lebih mengutamakan lawakan dan membuat penonton tertawa. Terutama mereka yang mengunjungi Taman Surya, tempat penyelenggaraan ludruk ini. Ludruk ini juga didukung para seniman ludruk Surabaya di antaranya Cak Kartolo, Cak Agus Kuprit, Cak Sidik, dan Cak Kanci. Tidak ketinggalan Sawong Jabo, seniman asal Surabaya yang sekarang menetap di Australia.

Tidak hanya pemimpin pemerintahan yang menjadi pemain. Jajaran Polwiltabes, media hingga pengusaha ikut serta dalam acara ini. Kapolwiltabes Surabaya, Kombespol Drs Anang Iskandar menjadi Cokroningrat. Konjen AS Carine Mc Layland didaulat menjadi Budhe Wongsodrana. Pemimpin Redaksi Harian Surabaya, Dhiman Abror menjadi Sawungsari. Beberapa pemain mengatakan puas dan ketagihan untuk tampil dipanggung lagi. Maklum saja, umumnya mereka dahulu tergabung dalam kelompok seni. Baik kelompok seni ludruk, ketoprak, wayang orang maupun wayang kulit.
Untuk pentas kali ini, mengambil judul Jaka Berek, karena ceritanya sudah dikenal luas masyarakat Surabaya. Sayang, pementasan ludruk ini sedikit terganggu dengan sound system yang kurang maksimal. Dialog para pemain kurang bisa didengar penonton yang berjubel menyambut tahun 2008.


0 komentar:
Posting Komentar