Home » » Filosofi Hidangan Sate Bulayak

Filosofi Hidangan Sate Bulayak

OLEH: HERNAWARDI
Menelusuri makanan khas tradisional Lombok dengan varian-varian menggoda selera tak terbilang banyaknya. Apalagi bahan baku dan bumbunya tak satupun tersentuh bahan modern. “Sate Bulayak” salah satu makanan khas tradisional Lombok yang cukup populer selain ayam Taliwang dan bumbu sraten di Sekarbela. Sate bulayak kerap menggoda wisatawan domestik dan asing untuk mencicipi cita rasanya. Rasanya kurang lengkap berwisata ke pulau “Seribu Masjid” ini tanpa menikmati sate bulayak.
Selepas mandi di kolam Narmada atau mandi di sungai Sesaot, wisatawan langsung ditawarkan makan sate bulayak yang sudah tersedia berderet dan dibangunkan tenda-tenda lesehan.
Sate bulayak merupakan menu tradisional warisan nenek-moyang masyarakat Narmada, Lombok Barat. Bau asap kipasan sate bulayak yang menjelajah ke angkasa begitu nikmat terasa. Apalagi langsung menyantapnya. Mulai dari bumbu, sate maupun bulayaknya (nasi lontong bulat bundar memanjang) dan rasanya menyatu yang tak puas-puas untuk dicicipi. Makanan sate bulayak ini tidak hanya menyajikan sate dari daging sapi atau bulayak (lontong nasi bundar memanjang), namun juga dilengkapi bahan-bahan penyedap makanan lainnya. Ada sesaur (parutan kelapa), kacang kedelai ataupun urap jambah (urap kecambah). Hidangan ini diletakkan di dulang yang ditutup tembolak (sejenis penutup hidangan yang terbuat dari daun pohon aren dihiasi kaca cermin dan keke alias kerang).
Ada makna filosofi yang tersirat dari cermin dan keke. Sebuah peringatan kepada siapa saja yang menyantapnya agar bercermin dan harus membatasi diri. Tidak makan secara berlebihan apalagi terlampau kenyang yang justru akan menimbulkan rasa sakit. Selain itu, penikmat sajian ini diharapkan bersyukur selepas menyantapnya. Bukankah semua nikmat rezeki berasal dari Tuhan.
Sementara keke (kerang) yang menghiasi tembolak merupakan simbol kematian. Cermin dan keke menjadi sebuah peringatan bahwa makanan yang sehat membawa umur panjang. Sebaliknya pola makan yang tidak sehat bisa membuat seseorang cepat jatuh sakit. Sayang seiring perkembangan jaman, sajian sate bulayak yang lengkap dengan tembolak, cermin dan keke sudah jarang ditemukan.
Kini yang dihidangkan hanya sate yang terbuat dari usus sapi, bumbu kuah, cabe hijau yang dipotong kecil-kecil dan terakhir bulayak. Bulayak merupakan bahan makanan pengganti nasi yang dikemas dalam bentuk lontong bulat memanjang dibungkus daun aren. Cara membukanya harus dengan gerakan memutar yang ditekan terlebih dahulu dari ujung kulit bulayak tadi. Menurut pembuat sate bulayak, daun aren inilah yang membuat cita rasa bulayak menjadi aroma yang harum dan sedap. Harga sate bulayak untuk satu porsi Rp 10 ribu. Itu sudah termasuk sate, bulayak, bumbu kuah dan cabe hijau tadi. Cabe hijau bisa dibiarkan tanpa diiris kecil-kecil atau juga bisa diminta untuk diiris. Ada kekhasan cara menyantap bulayak ini. Tanpa menggunakan sendok. Setelah dikuliti bulayaknya langsung dicelupkan ke bumbu kuah untuk dimakan dicampur sate yang sudah dibumbui.
Thanks for reading Filosofi Hidangan Sate Bulayak

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar