
Sebuah nama kedai makan tidak selalu mencerminkan kualitas rasa yang ditawarkan. Meskipun bernama Kedai Gembel, tempat yang ditawarkan tidak seperti tempat tinggal gembel. Tempatnya berada di pinggir jalan raya Renon, Denpasar. Menu utama yang disajikan adalah ayam goreng dan ayam asap. Ditambah sambal dan sayur asam sebagai pelengkap.
Menurut Antoni, pengelola Kedai Gembel, nama menu ayamnya adalah ayam gembel. Diberi nama gembel karena di daerah asal makanan ini, Cina, ada sejarahnya. Di Cina banyak pengemis yang suka mencuri ayam. Untuk menghilangkan jejak pencurian maka ayam curian ditanam dalam tanah. Setelah lewat beberapa bulan, ayam baru diangkat dari tanah. Dan oleh mereka, sebut Antoni, ada yan langsung dimakan tapi ada pula yang diolah. “Ayam yang ditanam beberapa bulan dalam tanah akan menghasilkan aroma yang nikmat dan menggugah selera,” ungkap Antoni.
Seiring kemajuan jaman, para pengelola rumah makan di Cina tidak lagi menanam ayamnya. Cukup dimasak dalam air atau dikukus. Di Kedai Gembel milik Antoni, bahan dasar ayam dipilih menggunakan ayam kampung. Tap
i ada juga yang menggunakan ayam potong. Pilihan menu, sebut Antoni, tergantung dari selera pengunjung mau minta yang mana. Yang pasti, lanjutnya, sebelum digoreng atau diasap ayam terlebih dulu ‘ditanam’ dalam racikan bumbu. Bahan bumbu langsung dibuat oleh sang mama yng mendapatkan resepnya turun temurun. Itu ciri yang tidak ingin ditinggalkan dari masakan khas Cina.
Ayam kampung yang hendak disajikan terlebih dulu ‘ditanam’ dalam bumbu rempah selama empat jam. Setelah bumbu dianggap meresap, maka ayam siap digoreng atau diasap. Aroma harum tetap tercium meskipun ayam tidak ditanam dalam tanah. Yang menambah selera, selain harum, daging ayam juga terasa sangat empuk dan legit.
Dan untuk menghormati sejarah pengemis bertongkat bamboo, tatanan dekorasi Kedai Gembel menggunakan aksesoris dari bambu. “Jika ingin merasakan nikmatnya makan menu ayam gembel. Tidak perlu takut dengan harganya, sebut Antoni, karena sangat terjangkau semua kalangan,” pungkas Antoni.
Menurut Antoni, pengelola Kedai Gembel, nama menu ayamnya adalah ayam gembel. Diberi nama gembel karena di daerah asal makanan ini, Cina, ada sejarahnya. Di Cina banyak pengemis yang suka mencuri ayam. Untuk menghilangkan jejak pencurian maka ayam curian ditanam dalam tanah. Setelah lewat beberapa bulan, ayam baru diangkat dari tanah. Dan oleh mereka, sebut Antoni, ada yan langsung dimakan tapi ada pula yang diolah. “Ayam yang ditanam beberapa bulan dalam tanah akan menghasilkan aroma yang nikmat dan menggugah selera,” ungkap Antoni.
Seiring kemajuan jaman, para pengelola rumah makan di Cina tidak lagi menanam ayamnya. Cukup dimasak dalam air atau dikukus. Di Kedai Gembel milik Antoni, bahan dasar ayam dipilih menggunakan ayam kampung. Tap

Ayam kampung yang hendak disajikan terlebih dulu ‘ditanam’ dalam bumbu rempah selama empat jam. Setelah bumbu dianggap meresap, maka ayam siap digoreng atau diasap. Aroma harum tetap tercium meskipun ayam tidak ditanam dalam tanah. Yang menambah selera, selain harum, daging ayam juga terasa sangat empuk dan legit.
Dan untuk menghormati sejarah pengemis bertongkat bamboo, tatanan dekorasi Kedai Gembel menggunakan aksesoris dari bambu. “Jika ingin merasakan nikmatnya makan menu ayam gembel. Tidak perlu takut dengan harganya, sebut Antoni, karena sangat terjangkau semua kalangan,” pungkas Antoni.
0 komentar:
Posting Komentar