Home » » Rintihan Pengusaha Mebel

Rintihan Pengusaha Mebel

Fokus Primer, Sekunder Nanti
Meski tidak semua pengusaha yang bergerak di ladang-landang industri kecil terkena dera pasca dinaikkan harga BBM, namun bila lebih detail diteliti, kebijakan pemerintah ini sangat serius memukul lahan eksis, lahan produksi dan lahan pasar mereka. Karena untuk bertahan saja, sudah luar biasa sekalipun tidak selicin luberan minyak.
Jika tidak gulung tikar alias bangkrut, ya pindah profesi. Bagi pengusaha yang tidak kuat modal, tidak punya jaringan pasar, pasti mudah tumbang di tengah jalan. Hanya mereka yang fondasi ekonomi kuat, pasti bisa bertahan. ‘’Masyarakat kecil yang bekerja saat ini hanya untuk bisa menjaga agar dapur tetap mengepul. Pemenuhan kebutuhan pokok seperti pangan dan sandang sudah sangat sulit dicapai. Hal itulah yang membuat lesunya permintaan dari usaha mebel seperti almari, meja makan, sofa, meja rias hingga tempat tidur,’’ jelas Nabil Sanad, pemilik Mebel Surya Denpasar.
Sekarang, lanjut Nabil Sanad dengan raut agak gusar, sebagian besar masyarakat tidak berpikir untuk membeli produk-produk mebel atau kebutuhan sekunder. Bahkan, dalam seminggu tidak ada order sama sekali. Dari sisi omzet pun sangat memprihatinkan jika dihitung. Tentu kondisi ini ikut mengobok-obok kalkulasi seputar untung rugi. “Dibanding sebelum peristiwa bom Bali dan krisis ekonomi di tahun 1997, sangat jauh sekali,” kata Nabil Sanad yang memesan produk buatan para pengrajin asal Pasuruan, Jawa Timur itu.
Menurut pengusaha yang membuka toko mebel di Jl Imam Bonjol Denpasar ini, tidak ada jalan lain untuk menggenjot pemasukan, sekalipun harga produk-produk mebel masih tetap dipasang harga lama. Bila dipaksakan sesuai harga pasar, pembeli justru semakin berpikir untuk belanja mebel. Mebel merupakan barang yang tidak mendesak untuk dipenuhi. Berbeda dengan masyarakat ekonomi menengah ke atas, pasti tetap saja membutuhkan barang baru. Dan tentu saja, lanjut Nabil Sanad, mereka lebih memilih barang bermerek dan berkualitas luar negeri.
Selain tergencet situasi pasar akibat kebijakan pemerintah, permintaan denyut nadi pasar akan barang mewah inipun ikut berhenti. Banyak pengusaha mebel yang sudah memasar image kualitas produk berbahan dasar kayu jatipun tidak berkutik. Itulah yang kini dialami Nabil Sanad. ‘’Saya hanya bisa pasrah dengan tetap berharap agar suatu saat permintaan kembali membaik. Tapi lebih dari itu, saya tidak berani untuk memikirkan. Karena jika harga BBM naik, otomatis tidak akan diturunkan lagi. Malah akan semakin naik. Dan itu mempengaruhi kenaikan harga barang yang lain. Sekuat apapun masyarakat bekerja, penghasilan sudah banyak tidak berarti. Karena semua harga barang telah lebih dulu naik. Jika itu terjadi maka bisa saja kami menutup toko untuk menghindari kerugian yang semakin besar,” tegas Nabil Sanad.
Cari Pembeli Lewat Internet
Harus diamini bahwa sektor industri kerajinan, masih terus dibidik pengusaha yang terkategori usaha kecil mikro (UKM) dengan kendala yang cenderung kompleks. Selain modal, juga informasi pasar, pengetahuan dan keberanian untuk menggarap pasar. Fenomena umum pasca membuka usaha, justru dibelit kesulitan mencari peluang pasar. Itulah simpul Ketua Harian Dinas Krajinan Nasional Daerah (Dikranasda) Bali, Drs I Dewa Ngurah Dharendra Bk. Teks.Msi.
Dharendra menyebut, banyak penanam modal yang mau mengucurkan dananya buat pengusaha UKM. Tetapi jiwa wirausaha termasuk pola pikir masyarakat yang tidak mau maju kerap menjadi masalah dalam memasarkan produk, termasuk upaya riil menciptakan pasar. “Memang masalah yang dihadapi para pengrajin kita baik pengrajin home industry maupun industri sangat kompleks. Pola pikir para pengrajin yang tidak mau maju dan tetap ingin menjadi tukang, membuat permasalahan semakin lebar. Pengetahuan yang dimiliki pengrajin dalam menciptakan pasar masih sangat minim. Hal inilah yang membuat sektor kerajinan dalam negeri berjalan lambat,” jelasnya.
Dikranasda Denpasar sebagai payung para pengrajin, selama ini tetap berperan mengembangkan kerajinan Bali yang berbasis pada kebudayaan dengan melakukan kegiatan pembinaan, pelatihan dan penampingan, baik dalam bentuk teknologi maupun manajerial. Lebih dari itu, instansi sering aktif menciptakan pasar bagi para pengrajin agar ada kemudahan bagi pengrajin untuk menjual barang keluar negeri lewat internet. ”Seperti sekarang kami memberikan fasilitas berupa internet sehingga pengrajin langsung menjual produk mereka kepada segmen pasar yang lebih luas,” kata Dharendra.
Produk unggulan dari Bali yang banyak diminati terdiri dari produk garmen, logam, sandang dan pangan, yang selama ini menyumbang 15 % untuk pendapatan daerah. Khusus tahun 2006, ekspor kerajinan tangan dari Kota Denpasar ke Amerika Serikat dan Perancis mencapai 31,56 atau 61,38 %. Pada tahun 2007 meningkat sebesar 61,74%.
Meski begitu, sektor kerajinan industri menurun sebesar 13,25%. “Saat ini sektor kerajinan tangan masih unggul dibanding kerajinan industri. Sekitar 59 UKM di Denpasar yang sudah menjual produk mereka melalui internet. Kami berharap agar semua pengusaha kerajinan berbasis UKM dapat memasarkan produk melalui web yang kami sediakan secara gratis ini,” tambahnya (Wayan Nita/Heni Kurniawati)
Thanks for reading Rintihan Pengusaha Mebel

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar